Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Hampir 55.000 Orang Kena PHK Gara-gara AI Sepanjang 2025

Hampir 55.000 Orang Kena PHK Gara-gara AI Sepanjang 2025


Virgina Maulita Putri - detikInet

Ilustrasi pria di-PHK
Foto: iStock
Jakarta -

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih berlanjut sepanjang 2025. Sejumlah perusahaan besar memangkas hingga ribuan pekerja dengan alasan adopsi kecerdasan buatan (AI).

Menurut firma konsultan Challenger, Gray & Christmas, AI bertanggung jawab atas hampir 55.000 PHK di Amerika Serikat tahun ini. Perusahaan teknologi seperti Amazon, Microsoft, dan Salesforce secara terang-terangan mengatakan AI menjadi salah satu faktor di balik restrukturisasi yang mereka lakukan tahun ini.

Secara total ada 1,17 juta pekerjaan yang dipangkas di AS sepanjang tahun 2025. Pada bulan Oktober dan November saja, terjadi lebih dari 224.000 PHK di AS, di mana sektor AI disebut sebagai penyebab lebih dari 6.000 PHK pada bulan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada bulan Oktober, Amazon mengumumkan putaran PHK terbesar dalam sejarahnya dan memangkas 14.000 karyawan korporat karena ingin fokus untuk berinvestasi dalam sektor penting termasuk AI.

ADVERTISEMENT

CEO Amazon Andy Jassy pada bulan Juni lalu sudah memperingatkan kemungkinan PHK sejak awal tahun ini. Kepada karyawan Amazon, Jassy mengatakan AI akan mengurangi jumlah tenaga kerja di raksasa toko online tersebut.

"Kami akan membutuhkan lebih sedikit orang untuk melakukan beberapa pekerjaan yang dilakukan saat ini, dan lebih banyak orang untuk melakukan jenis pekerjaan lainnya," kata Jassy dalam memo kepada karyawan Amazon, seperti dikutip dari CNBC, Senin (22/12/2025).

Microsoft terakhir mengumumkan PHK pada Juli 2025 di mana 9.000 pekerjaan terpaksa dipangkas. Sepanjang tahun 2025, raksasa teknologi ini sudah memangkas sekitar 15.000 pekerjaan.

Massachusetts Institute of Technology (MIT) merilis studi pada bulan November yang menunjukkan AI sudah bisa melakukan 11,7% pekerjaan di pasar kerja AS dan perusahaan dapat menghemat hingga USD 1,2 triliun.

Namun tidak semua orang yakin bahwa AI adalah alasan sebenarnya di balik jumlah PHK yang dramatis. Fabian Stephany, asisten profesor di Oxford Internet Institute mengatakan hal itu hanya alasan karena banyak perusahaan yang memiliki kinerja baik selama pandemi dan membuka rekrutmen besar-besaran, dan PHK baru-baru ini dilakukan untuk pembersihan.

"Sampai batas tertentu, perusahaan memecat orang-orang yang tidak memiliki prospek jangka panjang dan alih-alih mengatakan 'kami salah perhitungan dua atau tiga tahun yang lalu, mereka sekarang dapat menyalahkan pihak lain dan mengatakan 'ini karena AI,'" kata Stephany.




(vmp/rns)
TAGS







Hide Ads