Pun demikian, 2G yang kini identik sebagai teknologi lawas tak lantas bakal digusur begitu saja. Sebab, teknologi 2G β yang diandalkan untuk kebutuhan layanan suara dan SMS β masih banyak digunakan masyarakat Indonesia.
Sebagai gambaran, Telkomsel yang berstatus sebagai operator seluler terbesar di Indonesia dengan kekuatan 140 ribu BTS (base transceiver station) dan memiliki 170 juta pelanggan (56% market share), 50% pelanggannya merupakan pengguna 2G lewat dengan memegang ponsel feature. Sedangkan 50% di antaranya lagi masuk pengguna smartphone yang dimanjakan akses 3G dan 4G.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Telkomsel memang memliki program untuk mempercepat migrasi dari 2G, 3G ke 4G. Tetapi jika kenyataan di lapangan masih ada jumlah pengguna 2G yang signifikan, maka mau tak mau harus terus dilayani.
"Tapi kalau operator lain mau mematikan 2G ya silakan saja. itu keputusan masing-masing operator. Namun bagi Telkomsel masih belum memungkinkan untuk melakukan keputusan itu karena kasihan saudara-saudara kita di daerah yang masih mengandalkannya , di Jawa pun masih cukup banyak yang menggunakan 2G," papar Ririek di sela uji jaringan Telkomsel untuk menghadapi trafik Lebaran 2017 di Malang.
Foto: detikINET - Ardhi Suryadhi |
Dari data di atas kertas, jumlah BTS 4G Telkomsel memang masih terlihat 'kecil', namun sejatinya memiliki pertumbuhan yang lebih cepat. Terlebih BTS 2G tak akan ditambah lagi ke depannya, fokus pembangunan jaringan akan dititikberatkan ke BTS 4G dan 3G.
"Dari segi kapasitas pun 4G juga sudah lebih besar. Di Q1 tahun lalu misalnya, total data yang di-handle di 4G itu baru 3%. Nah, sampai Q1 2017 kemarin, sudah 37% total trafik data yang di-handle lewat jaringan 4G Telkomsel," ujar Ririek.
"Ini sekaligus menggambarkan bahwa 4G itu memiliki kapasitas yang jauh lebih besar dari 3G, apalagi 2G. Jadi masih memadai meski komposisinya baru 10%, karena pelanggan 4G masih terbatas, jadi pembangunan 4G juga akan mengikuti populasi pengguna," tutupnya. (ash/asj)
Foto: detikINET - Ardhi Suryadhi