Padahal berbagai jenis smartphone dengan kualitas mumpuni dan mendukung jaringan cepat, harganya telah terjangkau. Sedangkan 2G hanya diperlukan untuk kebutuhan SMS dan telepon saja.
Melihat kondisi tersebut, sebagai operator seluler, XL Axiata menilai bahwa memang mematikan 2G secara sepihak tentunya tidak adil. Dikarenakan 2G rupanya masih dibutuhkan pelanggan, misalnya untuk telepon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau bicara kapan mematikan 2G, harus dilihat dari perkembangan 4G atau 5G ini ke depan. Ada kemungkinan 2G ini masih ada dipakai untuk suara (telepon)," ujar Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini, beberapa waktu lalu ditemui di acara Demo 5G Perdana Ericsson.
Dian menjelaskan meskipun pemakaian 2G oleh orang-orang mulai sedikit, karena berpindah ke layanan data, tetapi jaringan generasi kedua itu masih diperlukan untuk sekarang ini.
"Jadi, kita masih mempertimbangkan, mengenai kapan waktunya. Perlu beberapa tahun lagi (2G mati-red)," sebut Dian.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, mengungkapkan bahwa pengguna 2G masih berada di kisaran 30% dari total pelanggan seluler di Indonesia.
"Saya tidak mengatakan (mati) di 2019, itu ancer-ancer kalau network di 2019 sudah ada Palapa Ring selesai, 4G sudah ada di mana-mana, kemudian harga ponsel 4G di sekitaran Rp 400 ribu, tinggal aplikasinya saja. Ya, paling lama (2G mati) di tahun 2020," tuturnya. (fyk/fyk)