Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah menyebutkan bahwa belum lama ini pihaknya baru dikontak oleh Pangdam Pattimura dan Pangdam Cenderawasih untuk membicarakan kemungkinan membuka jaringan di wilayah operasional dua Kodam tersebut yang masih belum tersentuh sinyal seluler.
Ada sekitar 10-12 titik lokasi yang dibidik di masing-masing wilayah yang belum bisa diungkap secara detail. Namun yang pasti Pangdam Pattimura memiliki wilayah komando Maluku dan Maluku Utara sedangkan Pangdam Cenderawasih membawahi Papua dan Papua Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permintaan kedua Pangdam pun disambut oleh Telkomsel. Hal ini sekaligus sejalan dengan misi Telkomsel untuk memerdekakan wilayah terisolasi di Indonesia dari sinyal seluler.
Sebab akses telekomunikasi bagi masyarakat setempat diyakini dapat mendorong pembangunan di daerah perbatasan, di antaranya mempercepat pertumbuhan perekonomian dan kemasyarakatan sekaligus mampu menjadi katalisator dalam mempromosikan potensi daerah, serta meningkatkan daya tarik investasi, peluang usaha, bahkan lapangan kerja baru.
Di sisi lain, melihat posisi penting wilayah-wilayah perbatasan yang secara geopolitik sangat strategis, kehadiran layanan seluler di lokasi tersebut tentunya semakin memperkokoh terpeliharanya NKRI sebagai negara kepulauan.
"Nanti kita lihat apakah nanti 2G atau 3G yang kita bangun, belum kita simpulkan. Karena kalau 3G kan kita butuh kapasitas link yang lebih besar. Dugaan saya, kalau lihat pulau-pulaunya cukup rapat kita bisa pakai IP Microwave. Dan kalau gak bisa pakai IP radio maka harus pakai IP satelit, tapi terbatas kalao pakai IP satelit. Tapi nanti kita usahakan 3G," Rirek melanjutkan.
Telkomsel sendiri secara umum memiliki tiga alasan ketika memutuskan untuk membangun BTS di suatu wilayah. Pertama, dimana secara bisnis memang menguntungkan.
Kedua, kalaupun tak menguntungkan secara bisnis maka menguntungkan secara ekonomi. Seperti misalnya dapat membuat masyarakat sekitar jadi lebih produktif, menumbuhkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Konsep seperti ini Telkomsel menyebutnya dengan program BTS Merah Putih.
Dalam jangka waktu dekat, BTS Merah Putih ini memang secara bisnis tak menguntungkan. Tetapi diharapkan setelah beberapa waktu β seiring dengan semakin tumbuhnya perekonomian masyarakatnya β bisa menguntungkan secara finansial.
Ketiga, pembangunan BTS dilakukan di daerah yang takkan pernah menguntungkan. Misalnya di pulau terpencil dengan penduduk terbatas. Nah, pembangunan BTS dengan kondisi seperti ini masuk ke dalam program USO (Universal Service Obligation) yang mendapat suntikan dana USO.
"USO ini teorinya disubsidi oleh dana USO tapi dalam prakteknya gak simple, karena sekarang dimoratorium oleh DPR, jadi Telkomsel tak dibayar. Dan USO ini meskipun pada kesepakatannya kita bisa mematikan sinyal di suatu wilayah tetapi pada prakteknya, kita tak bisa seenaknya mematikan. Karena kasihan penduduk di sana, kalau dulunya pernah mendapat sinyal dan tiba-tiba kita matikan, mereka akan kehilangan banyak hal, itu sulit. Makanya mau tak mau kita tetap pertahankan," papar Ririek.
Kembali ke rencana pembangunan jaringan untuk mendukung operasional Pangdam Pattimura dan Pangdam Cenderawasih di wilayah terisolir, Ririek menyebut kemungkinan masuk dalam kategori BTS Merah Putih.
Dimana kedua Pangdam juga sudah mengutarakan dukungannya untuk menggolkan misi tersebut. Seperti untuk memobilisasi perangkat, mencari lahan yang terkadang tak mudah hingga untuk urusan keamanan.
"Pak Pangdam sudah menawarkan dukungan segala macam. Tapi untuk tanah, kita butuhnya kan juga gak banyak cuma untuk satu tower. Tapi khusus Papua, mungkin paling menantang karena kontur geografisnya. Kedua dari segi keamanan yang lebih rawan," tutup Ririek.
Secara nasional, saat ini Telkomsel telah mengoperasikan 627 BTS yang berlokasi di perbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, Australia, Filipina, dan Papua Nugini. Dari 627 BTS yang berbatasan langsung dengan tujuh negara tetangga tersebut, 148 di antaranya merupakan BTS 3G yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalam mengakses layanan data.
Dari seluruh BTS Telkomsel di perbatasan negara, 16 BTS berlokasi di Batam dan Bintan yang berbatasan dengan Singapura; 202 BTS berbatasan dengan Malaysia di Dumai, Rokan, Bintan, Karimun, Anambas, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sumatera bagian Utara, Rokan Hilir; 63 BTS di Natuna dan Anambas berbatasan dengan Vietnam, 173 BTS di Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste; 64 BTS di Pulau Rote dan Maluku berbatasan dengan Australia; 70 BTS di Sulawesi Utara berbatasan dengan Filipina; dan 39 BTS di Papua bagian Timur berbatasan dengan Papua Nugini. (ash/fyk)