Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Perjuangan Penjaga Sinyal Seluler di Kala Lebaran

Perjuangan Penjaga Sinyal Seluler di Kala Lebaran


Ardhi Suryadhi - detikInet

Mohamad Rosidi, Deputi Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia (Foto: detikINET/Ardhi Suryadhi)
Jakarta - Ramadan dan Lebaran merupakan hajatan besar. Tak terkecuali bagi vendor telekomunikasi, mereka juga berjuang sekuat tenaga untuk memastikan sinyal di ponsel pengguna selalu prima.

Memang, yang menjadi etalase soal kualitas jaringan biasanya adalah operator seluler. Namun sejatinya, operator juga tak bisa menghadirkan performa jaringan kelas wahid tanpa campur tangan vendor jaringan. Nah, vendor jaringan inilah yang juga memegang peranan penting sebagai penjaga sinyal.

Mohamad Rosidi, Deputi Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia menyatakan, Huawei sebagai vendor jaringan yang menguasai pasar lebih dari 50% pastinya menyambut Lebaran dan musim mudik sebagai hajatan akbar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Resource yang kita kerahkan banyak, semua region harus stanby H-7 sampai H+7 Lebaran selama 24 jam," ujar Rosidi saat berbincang dengan sejumlah media di Customer Solution Innovation & Integration Experience Center (CSIC) Huawei Indonesia.

"KPI (key performance index) operator adalah KPI vendor jaringan seperti Huawei. Makanya ketika Lebaran, kita juga sibuk menjaga jaringan. Saya saja pernah di atas rooftop (atap gedung) pas takbiran Idul FItri. Jadi pas orang-orang takbiran kita d atas saja, kena angin kedinginan," lanjutnya.

Misi untuk mengawal jaringan Lebaran pun sejatinya sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari, sekitar 3-6 bulan tergantung operator seluler.

Dimulai dari joint planning session antara vendor jaringan dengan operator. Ini merupakan titip persiapan awal, dimana jadi media untuk pembahasan segala rencana yang akan diimplementasikan.

"Dalam joint planning ini kita duduk bareng untuk menggaransi kapasitas saat trafik tinggi. Lebaran pasti ada perubahan dari pergeseran pemudik, jadi ada area khusus mendapat penambahan kapasitas," lanjut Rosidi.

Huawei biasanya membentuk tim khusus untuk menyukseskan misi menjaga sinyal saat Lebaran. Tim berasal dari berbagai pihak, mulai dari ahli lokal dan global yang mencakup tim maintenance, roll out team, performance team, field operation, solution engineer, network operation center serta national & HQ technical experts.

"Tim kita standby di 14 region yang menjadi wilayah bisnis Huawei seluruh Indonesia. Baik yang di lapangan sampai di HQ itu ada yang standby dan on call yang berlevei misalnya satu sampai empat. Termasuk 72 lokasi sparepart sudah disiapkan untuk distribusi perangkat yang dbutuhkan," Rosidi menambahkan.

Tiga hal yang harus dipastikan di sini adalah ketersediaan jangkauan, kapasitas dan kualitas. Tetapi, Rosidi mengakui, yang namanya perangkat pasti tak sempurna. Dimana yang bisa dilakukan mereka adalah mencegah serta meminimalisir dampak gangguan tersebut agar tak terlalu lama.

"Kita punya target, BTS mati tak boleh lebih dari 4 jam. Makanya kita menydiakan solusi end to end. Jadi ketika ada masalah di salah satu bagian bisa langsung ditangani dengan cepat," ungkap mantan orang jaringan XL tersebut.
Suasana Customer Solution Innovation & Integration Experience Center (CSIC) Huawei Indonesia.

Core Jaringan

Rosidi menyebut mengawal core jaringan itu merupakan hal paling penting bagi tim khusus network Lebaran. Core jaringan ini harus dicek beberapa bulan sebelum masuk bulan Ramadan.

Ketika masuk periode lonjakan mudik maka yang kritikal itu kapasitas yang tergantung pergerakan pemudik. Makanya di rencana awal (joint planning session) Huawei dan mitra operatornya melakukan pemetaan terkait utilisasi jaringan dan perkiraan saat musim mudik tiba.

Kapasitas ini penting lantaran untuk mengamankan akses telekomunikasi di satu titik berkumpulnya banyak orang. Misalnya ada kemacetan parah di tol Cipali, memang di jalur tersebut sudah terjangkau sinyal operator (coverage) tetapi bisa saja kapasitasnya tak mencukupi lantaran banyak berkumpul di titik macet tersebut. Dalam kondisi seperti di atas itulah pentingnya pengelolaan kapasitas jaringan bagi operator.

"Jakarta kalau lebaran kan kosong, buat apa kapasitasnya terlalu banyak. Tapi di luar kota yang justru lebih butuh kapasitas. Jalurnya mana saja nih, di sini berperan coverage dan kapasitas, tapi pada saat kumpul, kapasitas yang paling harus dipikirkan. Cukup gak ini untuk menampung pelanggan di satu titik," papar Rosidi.

Respons operator dan vendor jaringan untuk mengawal jaringan di saat Lebaran juga tak melulu harus dilakukan dengan ekspansi besar-besaran terhadai site BTS. Ada istilahnya quick win, dimana ini peningkatan dari sisi software alias optimalisasi. Ini merupakan strategi paling mudah dan murah.

Namun ketika sofware sudah optimal untuk meng-on seluruh kapasitas yang ada, maka baru masuk dari sisi hardware, dimana ini mengarah ke deployment perangkat, modul, bangun BTS, sampai pengerahan mobile BTS.

"Persiapannya ini dilakukan dari jauh-jauh hari, sekitar 3-6 bulan pembicaraaan dengan operator. Dari situ ada kesimpulan, saya perlu BTS tambahan atau tidak ataupun memilih optimalisasi software," kata Rosidi.

"Dari luar memang terlihat orang gampang menggunakan telepon dan lainnya. Padahal kalau dilihat dari belakang, tim back end jaringan itu sampai 'jungkir balik' untuk memastikan sinyal terus menyala, coverage ada dan layanan berkualitas. Tim harus kejar tayang dengan target operator," pungkasnya.

(ash/rns)







Hide Ads