Internet Bikin Pelanggan Seluler di Indonesia Timur Lebih Royal Pulsa
Hide Ads

Ekspedisi Langit Nusantara

Internet Bikin Pelanggan Seluler di Indonesia Timur Lebih Royal Pulsa

Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Senin, 02 Mei 2016 16:11 WIB
Foto: dok. Telkomsel
Jakarta - Jika dibandingkan dengan rata-rata pulsa telepon yang dihabiskan oleh masyarakat di Indonesia bagian barat, pelanggan seluler di kawasan timur negeri ini ternyata jauh lebih royal.

Hal itu bisa disimpulkan dari hasil wawancara dengan sejumlah petinggi Telkomsel. Seperti diketahui, anak usaha Telkom itu memiliki pangsa pasar seluler lebih dari 50% dengan total 152 juta pelanggan.

Saat mengunjungi Makassar dalam program Ekspedisi Langit Nusantara (Elang Nusa), detikINET sempat menemui Mulya Budiman, General Manager Corporate Account Management Telkomsel Area Pamasuka, dan Ceppy Hermana Djakaria, General Manager Sales Telkomsel Regional Sulawesi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam perbincangan ini akhirnya terkuak fakta, bahwa bisnis seluler yang masih tumbuh pesat itu ada di kawasan Indonesia Timur. Hal itu tentunya diimbangi dengan sejumlah data yang sangat mendukung.

Di Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan (Pamasuka), Telkomsel telah membangun infrastruktur base station (BTS) sebanyak 25.960 titik dengan rincian 12.300 BTS 2G, 13.100 BTS 3G atau Node B, dan 560 BTS 4G atau eNode B.

"Customer based kami di Pamasuka sudah 36 juta, dengan jumlah pengguna data 16,5 juta. Sementara 4G user telah mencapai 751 ribu. Area Pamasuka sendiri pada 2015 lalu menyumbang pendapatan nasional sebesar 25,5% bagi Telkomsel," kata Mulya Budiman yang lebih akrab disapa dengan panggilan Jamie oleh rekan-rekannya.

Jika membandingkan 36 juta pelanggan di Pamasuka dengan 152 juta secara nasional, itu artinya dari sisi persentasi kontribusi pelanggan jumlahnya hanya 23,6%. Sementara Pamasuka sendiri menyumbang kontribusi revenue 25,5% dari total pendapatan operator itu dalam setahun terakhir.

Diakui oleh Jamie, hal itu memang dikarenakan, average revenue per user (ARPU) alias pulsa seluler yang dibelanjakan oleh tiap pelanggan Telkomsel di area timur Indonesia itu lebih besar.

Di Makassar, misalnya, ARPU yang dihasilkan oleh enam juta pelanggan di kota itu sendiri mencapai Rp 50 ribu untuk prabayar dan sekitar Rp 125 ribu hingga Rp 140 ribu untuk pascabayar.

"ARPU itu jelas lebih besar dibandingkan Sumatera yang cuma Rp 30 ribu dan juga masih lebih besar dibandingkan ARPU nasional. Itu karena di sini (Pamasuka) jarak lokasi itu jauh-jauh. Jadi lebih efektif berkomunikasi lewat telepon," kata Jamie.

Potensi Besar Internet

Hal serupa juga disampaikan oleh Ceppy saat ditemui dalam kesempatan berbeda. Dari pengalamannya memimpin Telkomsel di area Sulawesi, ia juga membeberkan data tentang pelanggan seluler di kawasannya.

"Potensi di sini masih besar, pangsa pasar kami di Sulawesi 80%. Dari total 23 juta pengguna seluler di sini, 15,5 juta di antaranya merupakan pelanggan Telkomsel," ujarnya di sela-sela pendaratan drone Elang Timur di Trans Studio Mall, Makassar.

"Dari 15,5 juta pelanggan itu, yang sudah jadi pelanggan broadband ada delapan juta. Berarti, masih ada potensi 50% pelanggan lagi dari existing yang bisa digarap untuk shifting (beralih) menjadi pelanggan data," lanjutnya.

Respons masyarakat Sulawesi terhadap layanan data sendiri diakui Ceppy sangat tinggi. Ceppy mengklaim dari tahun 2014 lalu, pertumbuhan pelanggan data Telkomsel naik hingga 12 kali lipat. Imbasnya, hal itu juga mendorong ARPU Telkomsel di wilayah Sulawesi.

"Sebelumnya ARPU yang pakai feature phone itu Rp 40 ribuan per bulan. Tapi setelah ganti menjadi pengguna layanan data, dipakai untuk streaming dan aplikasi, kebutuhan kuota mereka kan banyak, ARPU-nya meningkat sebanyak lima kali menjadi sekitar Rp 200 ribu per bulan," terang Ceppy.

Namun diakui olehnya, Telkomsel di Sulawesi tidak mematok target pertumbuhan pelanggan data yang terlalu tinggi, karena kondisi di daerah itu jumlah pengguna layanan seluler sudah maksimal.

"Target pertumbuhan kita nggak tinggi-tinggi, paling satu persen per tahun, kita coba mempertahankan itu saja, sekarang usernya sudah banyak, tinggal bagaimana cara memanfaatkannya saja," pungkasnya. (rou/ash)