Jika dalam setahun penuh pada 2014 lalu nilai impor ponsel mencapai 60 juta unit, namun untuk tahun ini, setidaknya sampai dengan September 2015 tercatat baru 26 juta unit saja ponsel impor yang masuk ke Indonesia.
"Ini menunjukkan jumlah importasi ponsel sudah mulai digantikan dengan hasil produksi dalam negeri," ujar Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan tadi malam di sela acara Lenovo, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (4/11/2015) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
βSelama ini kan produsen dan prinsipal sudah menikmati pasar domestik Indonesia, menarik duit dari konsumen. Kini sudah saatnya juga menanam modal dan membangun pabrik ponsel,β kata Menteri Perindustrian Saleh Husin, di sela acara yang sama.
Aktivitas produksi di Indonesia, kata Saleh, dapat dimanfaatkan produsen sebagai salah satu keunggulan dalam memasarkan produk ke konsumen Indonesia. Sebaliknya, Kemenperin akan mengedukasi konsumen tentang ponsel-ponsel mana saja yang diproduksi di Indonesia.
βSehingga konsumen tahu mana saja ponsel yang telah berkontribusi pada ekonomi Indonesia. Kita perlu memainkan sentimen-sentimen kedekatan atau proximity seperti itu,β ujar Saleh.
Hal ini diyakini turut merangsang prinsipal ponsel untuk melakukan pabrikasi di Indonesia dan produsen yang masih memproduksi di luar negeri diharapkan segera melakukan aksi korporasi serupa.
Menperin juga mengapresiasi pabrikasi buah kerja sama Lenovo dengan Tridharma Kencana (TDK) yang memiliki fasilitas fabrikasi di Serang, Banten, untuk menghadirkan ponsel 4G murah 'made in Indonesia'.
Pada tahap awal, ada dua tipe smartphone yang diproduksi Lenovo dan TDK, yakni seri A2010 dan A6010. Setiap bulannya, pabrikasi ponsel dengan konten lokal 20% ini bisa menyediakan pasokan 75 ribu hingga 150 ribu unit per bulannya atau 1,5 juta unit dalam setahun.
Langkah Lenovo semakin memperpanjang daftar produsen ponsel yang melokalisasi produknya. Sebelumnya, belasan produsen melakukan hal yang sama yaitu merek Samsung, Oppo, Haier, IVO untuk Bolt dan Venera, Modem Bolt dan ZTE untuk Bolt, Polytron, Evercross, Advan, Axioo, MITO, Gosco, SPC, dan Asiafone.
Sementara itu, dari pemilik merek, terdapat Huawei Tech Investment yang menggunakan fasilitas produksi Panggung Electric Citra Buana dan Smartfren Telecom yang mengusung merek Andromax.
(rou/ash)