MiFi: Penerus Dongle, Penyelamat Kantong Cekak
Hide Ads

Laporan dari Seoul

MiFi: Penerus Dongle, Penyelamat Kantong Cekak

Ardhi Suryadhi - detikInet
Rabu, 07 Okt 2015 07:33 WIB
Seoul -

Beberapa tahun lalu, mungkin kita masih sering melihat betapa ketergantungannya orang-orang dengan dongle. Jadi saat ingin internetan, tinggal colok dongle ke laptop dan voila... Beberapa saat kemudian Anda sudah bisa online.

Tapi itu dulu. Kini, dongle seakan sudah hilang tertelan jaman. Internetan sudah kian merakyat lewat genggaman (ponsel), dan jika pun harus membuka laptop maka tethering via ponsel menjadi pilihan yang banyak dilakukan. Ditambah lagi sekarang area publik sudah banyak yang berselimut WiFi gratisan.

Romantisme operator dengan dongle pun begitu ingin dirasakan kembali oleh Smartfren. Hanya saja, kali ini yang menjadi 'pasangannya' adalah modem WiFi (MiFi), bukan lagi dongle.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita berharap bisnis MiFi bisa mengulang sejarah dongle pada tahun 2011-2012 yang bisa menjual 2 juta unit," kata Arya Mada Prasaja, Data & IoT Devices Section Head Smartfren saat berbincang dengan sejumlah media di Seoul, Korea Selatan.

Ya, Smartfren memang tengah agresif memasarkan MiFi. Perangkat ini bak menjadi lat pancing untuk menarik pengguna berkantong cekak yang ingin merasakan sensasi 4G.

Zaman sudah beda, dan Smartfren pun coba bersikap realistis bahwa kenangan indah saat jualan dongle bakal sulit untuk kembali dirasakan di masa kini dengan MiFi.

Β 

"MiFi marketnya sekarang sudah tak segitu (2 juta unit per tahun seperti dongle), tapi kita lihat nanti," imbuh Roberto Saputra, Direktur/Chief Brand Officer Smartfren dalam kesempatan yang sama.

Penyelamat Kantong Cekak

Roberto menjelaskan, hambatan adopsi 4G di Indonesia salah satunya adalah keharusan pengguna untuk mengganti device. Dimana hal ini tak bisa dilakukan dalam waktu singkat oleh semua orang.

"Kita sudah melakukan survei, dimana orang-orang yang mau pindah ke 4G rata-rata adalah orang yang merasa sudah saatnya untuk ganti ponsel. Jadi kita lihat dari program trade in yang kita lakukan, setelah lebih dari 20 bulan baru mereka mau ganti (ponsel). Karena memang life cycle-nya seperti itu. Di bawah itu (kurang dari 20 bulan) belum mau ganti," paparnya.

Lantaran pertimbangan harga itu maka Smartfren memutar otak bagaimana menghadirkan device 4G yang murah meriah sehingga bisa lebih menggenjot pelanggan untuk mencicipi 4G. Maka dari situlah datang ide untuk mengangkat MiFi 4G. Pasalnya, harga ponsel 4G sekarang di pasaran yang paling murah berada di angkat Rp 899 ribu, dimana hal ini dirasa masih memberatkan bagi pengguna menengah ke bawah.

"Untuk itu bagi orang-orang yang mau connect ke 4G tetapi dananya terbatas kita gunakan strategi MiFi. Memang kalau dilihat pasar MiFi di Indonesia itu tidak besar, tapi menurut kita ini akan membantu adopsi 4G. Karena setahu saya yang fokus menggarap MiFi di market hanya satu ISP. Operator tidak mengandalkan MiFi, jadi ini suatu peluang saat kita masuk dengan MiFi," ungkap Roberto.

"Tujuannya adalah untuk menyediakan perangkat 4G dengan harga terjangkau, jadi MiFi yang kita luncurkan itu memang terjangkau (paling murah Rp 399 ribu-red). Jadi kita akan masuk untuk mendapat device 4G di bawah Rp 500 ribu itu mungkin susah untuk ponsel, makanya kita menyediakan MiFi," lanjutnya.

Dari data yang dimiliki Smartfren, gambaran pengguna awal 4G didominasi oleh kalangan muda, dengan rentang umur 15-35 tahun. Mereka datang dari kelas A, B, dan C. jadi justru yang kalangan atas yang masuk duluan.

"Makanya kalau kita lihat dari produk portofoliio, penjualan kita (smartfren-red.) yang paling tinggi itu MiFi dan Andromax R yang paling mahal. Padahal kalau kita lihat pasar CDMA itu yang kelas murah. Justru ini fenomena baru, karena kita lihat konsumen mengharapkan performa dan device mumpuni. Jadi ada perbedaan orang-orang yang masuk 4G dan pelanggan CDMA," tutup Roberto.




(ash/rou)
Berita Terkait