Dari catatan para operator seluler, vendor jaringan, hingga Menkominfo Rudiantara, setidaknya ada beberapa tipe killer apps yang akan mendominasi lonjakan trafik data di era 4G saat ini.
Menurut pengamatan menteri dari trafik jaringan masing-masing operator, video streaming tercatat mendulang angka terbesar. Kemudian diikuti oleh browsing, dan layanan OTT lainnya seperti social media dan instant messaging.
Keempat layanan over the top yang berjalan di atas pipa data ini nantinya yang akan mengubah peta bisnis telekomunikasi di Indonesia, yang semula lebih banyak mengandalkan voice dan SMS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendri Mulya Sjam, Senior Vice President LTE Project Telkomsel, juga melihat tren video streaming, social media, dan bahkan streaming musik dan game online akan makin besar ke depan seiring bergulirnya layanan 4G di 1.800 MHz.
"Saat ini 65% trafik 4G LTE di Telkomsel adalah untuk layanan video, terutama untuk YouTube," ujarnya di lain kesempatan. "Selain video di YouTube, Path dan Dubsmash juga membuat pemakaian data makin tinggi," tambah Yudi C Anwar, GM Commercial LTE Telkomsel.
Telkomsel saat ini melayani lebih dari 800 ribu pelanggan 4G hanya dalam waktu 8 bulan. Sebanyak 63% penggunanya berada di Jakarta, 13% di Surabaya, 12% di Bandung, 6% di Bali, 3% di Medan, 2% di Makassar dan 1% di Mataram.
"Tidak seperti fitur video call 3G yang sudah digembar-gemborkan sejak 2003, tapi ternyata gagal di lapangan. Kami optimistis layanan video akan jadi killer apps untuk 4G," lanjut Hendri.
Dia mencontohkan, untuk trafik Youtube, dulu para pengguna layanan 3G rata-rata menggunakan aplikasi ini selama 14 menit maksimal. Pasca bergulirnya layanan 4G, spending time untuk YouTube meningkat menjadi hingga 4 jam.
"Walaupun layanan 4G lebih cepat untuk penghantaran data dan kualitas video lebih baik, kami akan samakan tarif layanan datanya. Saat ini belum ada operator yang memisahkan tarif 3G dengan 4G untuk menarik pengguna," tambah dia.
Telkomsel tahun ini menargetkan ada tiga juta pelanggan yang beralih ke 4G. Target ini masih realistis, pasalnya jenis handset berkemampuan 4G yang tercatat di jaringannya, digunakan oleh 4,2 juta pelanggan.
Dari sisi infrastruktur jaringan, operator ini telah membangun 1.200 eNode B. Hendri mengakui kontribusi 4G dari sisi revenue masih belum signifikan meski potensinya ke depan sangat besar.
Estimasi tentang lonjakan trafik data, sebelumnya juga sempat diproyeksi Ericsson melalui Mobility Report di Juni 2015. Diperkirakan, 60% dari trafik mobile data di 2020 akan datang dari video. Trafik video diyakini terus tumbuh 55% tiap tahunnya sementara di saat bersamaan aplikasi video akan tumbuh 13 kali lipat.
Jika melihat catatan di atas, apa yang sebelumnya sempat dikhawatirkan menteri perlahan mulai jadi kenyataan. Dengan semakin mudahnya akses internet lewat 4G, killer apps ini akan jadi pemicu ledakan data. Apalagi ketika 4G di 1.800 MHz sudah resmi beroperasi di seluruh nusantara mulai akhir 2015 ini.
Para aplikasi OTT di layanan data ini nantinya, bisa jadi, tak cuma sekadar killer apps dalam bentuk kiasan saja. Tapi juga benar-benar bisa jadi pembunuh yang sesungguhnya bagi masa depan voice dan SMS.
(rou/yud)