"Buat apa customer dibatasi. Kami tidak takut memasarkan BlackBerry unlock karena kami percaya diri dengan layanan kami," papar Chief Marketing Officer Axis, Johan Buse, di Menara Dea, Jakarta, Selasa (30/6/2009).
"Kalau orang sampai unlock handset, itu berarti mereka tidak puas dengan layanan yang mereka gunakan saat ini," lanjut dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami juga tidak menolak jika ada pelanggan yang menggunakan BlackBerry dari mitra atau importir umum yang ingin menggunakan jaringan Axis," tandas Buse.
Kebijakan unlock yang diambil Axis ini dikritisi Direktur Eksekutif Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala. Menurutnya, jika Axis diperbolehkan Research in Motion selaku prinsipal BlackBerry untuk memasarkan perangkat unlock, begitu juga dengan operator lain.
"Prinsipnya semua harus mendapatkan equal treatment. Jika satu operator dilarang, operator lain juga dilarang. Jika Axis menjual BlackBerry unlock, itu sama saja melanggar etika bisnis," tandasnya.
Di sisi lain, Axis menegaskan pihaknya tidak melanggar aturan. "Kami comply dan mengikuti semua regulasi yang ada di negeri ini," tandas Johan Buse.
(rou/ash)