Sekelompok hacker disebut memata-matai sejumlah diplomat dari empat negara yang berbasis di Belarus.
Informasi ini berasal dari peneliti keamanan Eset, yang menyebut hacker tersebut melakukan aksinya itu dengan membajak jaringan penyedia internet (ISP) lokal, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Jumat (11/8/2023).
Setidaknya ada 15 perangkat milik diplomat yang menjadi target peretasan itu. Diplomat ini berasal dari empat negara, yaitu dua negara Eropa, satu Asia Selatan, dan satu dari Afrika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut peneliti keamanan Eset bernama Matthieu Faou, aksi spionase tersebut terjadi sejak 2021 dan masih berlangsung sampai saat ini.
Dalam laporan tersebut disebutkan kalau aksi peretasan itu dilakukan lewat akses internet si korban, mungkin sampai pada level penyedia layanan internet. Ini artinya si korban kemungkinan besar tertipu dalam mengunduh malware ke dalam perangkatnya.
Aksi peretasan seperti ini menurut Bill Marczak dari Citizen lab sulit untuk dihindari. Menurutnya diplomat adalah target utama aksi mata-mata digital seperti ini.
"Kedutaan besar dan kementerian luar negeri di berbagai negara adalah target utama spyware," kata Marczak.
Belum diketahui berapa banyak pejabat yang menjadi korban peretasan ini. Namun yang jelas menurut Eset, aksi peretasan ini menggunakan metode baru yang sangat canggih, dan para diplomat ini menjadi sasaran empuk aksi tersebut.
Sebagai informasi, Belarus adalah salah satu sekutu Rusia yang paling dekat dalam invasi ke Ukraina. Pemerintahan Belarus membantu Rusia untuk mengirimkan peralatan militer dan prajuritnya lewat perbatasan mereka.
(asj/asj)