Sejumlah masalah keamanan siber mengganggu masyarakat Indonesia. Penipuan online, virus dan pencurian data, paling jadi masalah.
Hal itu terungkap dalam Survei Penetrasi dan Perilaku Internet 2023 yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Survei digelar 10-27 Januari 2023 terhadap 8.510 responden di seluruh Indonesia dari berbagai latar belakang dengan metode multi stage random sampling.
Dalam data survei yang diperoleh detikINET, Senin (15/5/2023) bahwa terkait keamanan siber, ada sejumlah kasus yang pernah dialami responden. Mereka bisa memilih lebih dari satu kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, 10,30% responden pernah diganggu penipuan online. 9,28% responden mengalami perangkat yang kena virus. Sedangkan, 7,96% jadi korban pencurian data pribadi, hacking atau phishing.
Selain itu ada 5,55% yang tidak bisa mengakses akun pada aplikasi tertentu dan ada 2,55% untuk kasus keamanan siber lainnya. Untungnya, 74,59% responden mengatakan tidak pernah mengalami atau tidak tahu terhadap kasus kerentanan keamanan siber.
Dari transaksi internet, hanya 4,83% yang pernah mengalami kerugian. Sementara 95,17% mengatakan tidak pernah mengalami kerugian transaksi di internet.
Meski begitu, 54,43% responden menilai penting dan 42,95% menilai sangat penting terhadap perlindungan data pribadi di internet. Sebanyak 64,94% setuju memasukkan data pribadi tapi hanya untuk layanan tertentu saja.
Penetrasi Internet
Tingkat penetrasi internet di Indonesia dilaporkan APJII ada peningkatan dari 77,02% naik menjadi 78,19%. Sebanyak 215.626.156 orang Indonesia sudah terkoneksi internet.
Penetrasi internet tertinggi tentu saja ada di Provinsi DKI Jakarta dengan 89,96%. Sedangkan, penetrasi internet terendah ada di Provinsi Papua Pegunungan dengan 42,57%.
(fay/fyk)