Nama pria tersebut adalah Austin Thompson, atau lebih dikenal sebagai DerpTrolling di dunia maya, adalah hacker pertama yang 'mengajak' hacker lain untuk melancarkan serangan DDoS ke jaringan penyedia game online saat liburan Natal.
Alasan mereka melakukan itu bermacam-macam, seperti merusak liburan orang-orang, memaksa orang menghabiskan waktu dengan keluarganya, atau sekadar bercandaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Thompson sendiri sudah menjadi hacker aktif sejak 2011, namun aktivitasnya yang paling mengganggu terjadi antara Desember 2013 sampai Januari 2014. Setelah itu namanya tak terdengar lagi di dunia maya, demikian dikutip detikINET dari Zdnet, Senin (8/7/2019).
Pasalnya ia ditangkap setelah menjadi korban doxing pada 2014, dan mengaku bersalah pada November 2018. Berdasarkan dokumen pengadilan dalam persidangan Thompson, ia diharuskan membayarkan biaya ganti rugi ke Daybreak Games -- dulunya Sony Online Entertainment -- dan mulai menjalani hukuman 27 bulan penjaranya pada 27 Agustus mendatang.
"Serangan denial-of-service merugikan bisnis dan individu sebanyak jutaan dolar setiap tahunnya. Kami berkomitmen untuk menjatuhkan hukuman ke hacker yang dengan sengaja merusak akses internet," ujar Robert Brewer, jaksa agung di United States District Court for the Southern District of California.
Meski sudah ditangkap, aksi Thompson ini kemudian ditiru hacker lain karena kesuksesan Thompson membuat DerpTrolling menjadi terkenal karena sering menjadi bahan pemberitaan. Memang, serangan Thompson kala itu benar-benar membuat banyak layanan game online tak bisa beroperasi untuk sementara waktu.
Contoh hacker yang meniru aksi Thompson ini antara lain adalah Lizard Squad yang menyerang pada liburan Natal 2014, lalu Phantom Squad yang melakukan hal sama pada 2015, R.I.U Star Patrol di 2016, dan sejumlah hacker lain pada 2017. Namun tingkat kesuksesannya makin lama memang makin menurun.
Tren tahunan serangan DDoS terhadap layanan game ini memaksa FBI untuk bertindak. Mereka bekerja sama dengan pihak berwajib di Inggris dan Belanda menyita 15 domain DDoS sewaan pada 2018, yang sukses menghentikan tren serangan DDoS pada tahun itu.
(asj/krs)