Serangan itu diterima oleh sebuah perusahaan cloud computing asal Prancis bernama OVH. Saking besarnya, serangan ini disebut sebagai serangan DDoS terbesar sepanjang sejarah.
Adalah Octave Klaba, pendiri OVH, sendiri yang melaporkan serangan ini menggunakan akun Twitternya. Dalam kicauannya itu Klaba juga memposting screenshot yang menunjukkan sejumlah serangan DDoS yang ditujukan ke layanan miliknya itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa hari yang lalu kami mendapat serangan DDoS yang sangat besar. Ini adalah daftar yang lebih tinggi dari 100 Gbps. Kamu bisa lihat (jika ditotal) DDoS mencapai 1 Tbps," tulis Klaba di akunnya itu.
Trafik sebesar itu bisa terjadi karena si penyerang meretas kamera yang terkoneksi ke internet dan menggunakannya untuk melakukan serangan DDoS tersebut. Jika setiap kamera mampu menyerang dengan trafik antara 1 Mbps hingga 30 Mbps.
Klaba sendiri memperkirakan jaringan botnet yang dipakai penyerang mempunyai kapasitas serangan mencapai 1,5 Tbps. Setidaknya ada 15 ribu perangkat yang ikut dalam serangan DDoS tersebut. Botnet adalah jaringan komputer yang terinfeksi malware buatan si penyerang, sehingga bisa digunakan dalam serangan DDoS.
Dalam catatan Akamai, serangan DDoS paling besar yang pernah terjadi trafiknya mentok di 363 Gbps. Artinya serangan DDoS yang diterima OVH trafiknya 3 kali lipat lebih besar atau bahkan lebih dibanding serangan pada bulan Juni itu.
(asj/ash)Last days, we got lot of huge DDoS. Here, the list of "bigger that 100Gbps" only. You can see the
β Octave Klaba / Oles (@olesovhcom) September 22, 2016
simultaneous DDoS are close to 1Tbps ! pic.twitter.com/XmlwAU9JZ6











































