Meski berhasil menjebol keamanan situs-situs terkenal, ternyata kedua hacker itu tak terlalu pandai dalam menjaga identitasnya. Keduanya menggunakan layanan Gmail dan Facebook yang sangat mudah diakses oleh pihak berwajib.
Contohnya Dardar, yang melakukan sejumlah pemerasan menggunakan akun email sea.the.shadow@gmail.com, yang membuat pihak berwajib bisa membongkar akun tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Syrian Electronic Army memang sudah terkenal dalam urusan serang menyerang di dunia cyber. Tak terkecuali Agha dan Dardar. Dalam laporan lain, keduanya juga disebut berhasil menjebol akun Twitter milik sejumlah media massa, seperti Reuters, Associated Press, dan Washington Post.
Agha dan Dardar juga sering meretas untuk mencari uang dalam jumlah besar. Caranya adalah dengan menjebol server milik perusahaan-perusahaan dan mengancam akan membocorkan data rahasia milik perusahaan itu untuk pihak ketiga, kecuali mereka mau membayar sejumlah uang.
Agha dan Dardar dituduh bertanggung jawab atas setidaknya tujuh serangan cyber, termasuk penyerangan terhadap sebuah perusahaan game, serta sebuah media massa online. Saat ini keduanya diperkirakan masih berada di Suriah, yang membuat mereka sulit untuk ditangkap.
Pemerintah AS juga menyiapkan hadiah uang sebesar USD 100 ribu bagi siapapun yang bisa memberikan informasi mengenai kedua hacker itu, dikutip detikINET dari The Verge, Rabu (23/3/2016). (asj/ash)