Fenomena upwelling atau pembalikan massa air menjadi penyebab utama kematian massal ikan di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sekitar 1.428,73 ton ikan nila dilaporkan mati akibat penurunan kadar oksigen terlarut di perairan danau tersebut.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam Rosva Deswira menjelaskan, upwelling terjadi dipicu curah hujan tinggi disertai angin kencang yang menyebabkan air dari dasar danau naik ke permukaan. Air dari lapisan bawah tersebut memiliki kadar oksigen rendah dan mengandung gas beracun, sehingga berdampak fatal bagi ikan di keramba jaring apung.
"Air dari dasar danau yang miskin oksigen naik ke permukaan, membuat ikan mengalami kekurangan oksigen. Ikan pusing dan mati. Petani keramba jaring apung tidak bisa menyelamatkan ikan miliknya," jelas Rosva, seperti dikutip dari Antara.
Seluruh ikan yang mati merupakan ikan nila yang dibudidayakan di keramba jaring apung dan tersebar di sejumlah wilayah sekitar danau, seperti Sungai Batang, Tanjung Sani, Duo Koto, Maninjau, dan Koto Gadang Anan Koto. Sebagian besar ikan tersebut berukuran konsumsi dan siap panen.
Dari sisi sains perairan, upwelling dikenal sebagai fenomena alam yang kerap terjadi di danau vulkanik dan perairan dalam, terutama saat terjadi perubahan cuaca ekstrem. Proses ini menyebabkan penurunan drastis oksigen terlarut (DO) di lapisan permukaan, sehingga ikan tidak mampu bernapas secara normal.
Akibat kejadian ini, kerugian petani keramba diperkirakan mencapai Rp32,86 miliar, dengan asumsi harga ikan nila di tingkat petani sekitar Rp25 ribu per kilogram. Rosva menyebutkan, peristiwa kematian ikan kali ini menjadi yang terbesar dalam tiga tahun terakhir di Danau Maninjau.
Pemerintah daerah telah mengimbau pembudidaya ikan untuk mengantisipasi kejadian serupa dengan mengurangi kepadatan keramba serta mewaspadai perubahan cuaca ekstrem yang berpotensi memicu upwelling.
Simak Video "Video: Mengenal Sungai Atmosfer dan Dampaknya"
(rns/rns)