Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
FotoINET
Meme Kisah Sedih Cristiano Ronaldo di Negeri Arab

Hiu Tutul Terdampar di Purworejo, Studi Sebut Hiu Sering Terdampar di RI


Rachmatunnisa - detikInet

Penampakan seekor hiu tutul yang terdampar di Pantai Pagak, Desa Pagak, Kecamatan, Ngombol, Purworejo pada Minggu (7/12/2025)Β pagi.
Penampakan hiu tutul yang terdampar di Pantai Pagak, Desa Pagak, Kecamatan, Ngombol, Purworejo pada Minggu (7/12/2025) pagi. Foto: dok. Kades Pagak Purworejo, Supanut
Jakarta -

Hiu tutul dengan panjang lebih dari 4 meter dan berat sekitar 1 ton ditemukan terdampar di Pantai Pagak, Desa Pagak, Kecamatan Ngombol, Purworejo pada Minggu (7/12) pagi. Sayangnya, hiu tersebut tidak bertahan dan ditemukan sudah dalam kondisi mati.

Hiu tutul atau Rhincodon typus adalah ikan terbesar yang masih hidup di dunia. Spesies ikan ini menghuni perairan tropis seperti Indonesia dan perairan beriklim sedang yang hangat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hiu tutul terdaftar sebagai hewan 'Terancam Punah' dalam Red List IUCN. Spesies ini banyak terpapar oleh kegiatan perikanan dan menjadi tangkapan sampingan yang signifikan di daerah-daerah perairan dengan kepadatan populasi yang tinggi. Tabrakan kapal dan polusi laut juga menjadi faktor ancaman berkurangnya populasi hiu tutul.

Sebagian kasus kematian hewan yang juga disebut sebagai hiu paus ini diketahui saat spesies tersebut ditemukan terdampar mati di pantai atau pesisir. Dari sekian banyak kasus hiu tutul terdampar, sebagiannya terjadi di pesisir Indonesia.

ADVERTISEMENT

Bahkan, laporan terdamparnya hiu tutul di pesisir Indonesia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini meningkatkan kekhawatiran mengenai kesejahteraan hiu tutul dan potensi gangguan terhadap pemulihan populasi spesies yang terancam punah itu.

Dikutip dari Mongabay, tim peneliti dari sejumlah lembaga di Indonesia dan luar negeri kemudian menyelidiki kasus-kasus terdamparnya hiu tutul di Indonesia. Dengan menggunakan dataset informasi dengan rentang waktu 13 tahun yang diperoleh dari basis data akses terbuka, laporan, berita, dan publikasi, para peneliti mengkaji karakteristik kasus terdamparnya hiu tutul di Indonesia, termasuk demografi populasi, lokasi hotspot, dan apakah kejadiannya berkaitan dengan dinamika oseanografi di wilayah tersebut.

"Dengan menggunakan data selama 13 tahun, ini adalah studi pertama yang mengevaluasi demografi populasi, mengidentifikasi di mana titik-titik rawan terdampar terjadi, dan mengkaji apakah kejadian tersebut berkaitan dengan dinamika oseanografi di wilayah tersebut, untuk menyusun strategi mitigasi yang efektif," tulis para peneliti dalam makalah studi tersebut.

Hasilnya, studi yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports pada 17 Oktober 2025 ini mengungkap jumlah kasus, titik-titik rawan kejadian hiu tutul terdampar, serta penyebab banyaknya hiu terdampar di pesisir Indonesia. Antara 2011-2023, para peneliti mencatat ada 115 kasus terdamparnya hiu tutul yang melibatkan 127 individu di 23 dari 38 provinsi di Indonesia.

Mochamad Iqbal Herwata Putra, peneliti dari Departemen Geografi Universitas Indonesia dan Konservasi Indonesia, beserta rekan-rekannya menulis dalam makalah tersebut, "Studi kami menyoroti gangguan signifikan pada tingkat populasi, dengan 70% individu terdampar merupakan juvenil besar (4-7 m)."

Jumlah kumulatif kasus terdampar tertinggi terjadi di Jawa Barat dan Jawa Timur, masing-masing dengan 18 kasus. Kode terdampar yang paling sering dilaporkan adalah hiu 'terdampar hidup' yaitu dengan 52 kasus, lalu diikuti oleh hiu terdampar yang baru mati dengan 46 kasus. Kedua kode terdampar ini jauh lebih umum daripada dua kode lainnya, yaitu terurai sedang dan terurai lanjut ketika hiu tutul ditemukan terdampar.

Penyebab Terdampar

Jawa Barat memiliki jumlah hiu tutul terdampar hidup tertinggi, yakni 9 kasus. Lalu diikuti Jawa Tengah dengan 6 kasus hiu paus terdampar hidup dan Jawa Timur dengan 5 kasus. Sementara itu, Jawa Timur memiliki kasus hiu terdampar yang baru mati terbanyak dengan 11 kasus, diikuti oleh Jawa Barat dengan 7 kasus dan Jawa Tengah dengan 6 kasus.

Para peneliti menyimpulkan bahwa pantai selatan Jawa menjadi lokasi paling rawan terdamparnya hiu tutul di Indonesia. Mereka menemukan kejadian-kejadian terdampar tersebut berhubungan dengan arus naik (upwelling) yang kuat dan kemungkinan terkait dengan aktivitas mencari makan musiman hiu di wilayah tersebut.

"Berdasarkan studi kami, pola keterdamparan hiu paus di Indonesia sangat dipengaruhi oleh dinamika oseanografi musiman, khususnya upwelling yang terjadi di selatan Jawa dan pantai barat Sumatra pada Juni hingga November," jelas Iqbal, penulis utama studi ini, dikutip dari National Geographic.

"Fenomena ini memicu peningkatan klorofil-a, penurunan suhu laut, dan penguatan gelombang, yang menarik hiu paus mendekati pantai untuk mencari makan. Namun saat mengejar mangsa ke perairan dangkal, mereka berisiko terjebak dan terdorong ombak ke pantai," jelasnya.

Iqbal dan timnya juga menulis, "Meskipun kejadian alam telah diidentifikasi sebagai faktor utama yang berkontribusi terhadap terdamparnya hiu tutul, aktivitas antropogenik mungkin juga memainkan peran penting dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut."

Selain faktor alamiah seperti upwelling, lanjut Iqbal, hasil studi mereka juga menunjukkan bahwa aktivitas manusia kemungkinan berperan penting dalam meningkatnya kejadian hiu terdampar di Indonesia. Beberapa kasus kuat mengindikasikan keterlibatan bycatch (tangkapan sampingan yang tidak sengaja) dan pencemaran pesisir yang salah satunya diakibatkan dari aktivitas tambak yang tidak ramah lingkungan.

"Di selatan Jawa, aktivitas penangkapan ikan dengan jaring insang dan jaring pantai meningkat selama musim upwelling karena melimpahnya ikan pelagis. Dalam kondisi ini, hiu paus yang sedang mengejar mangsa sering kali terjerat secara tidak sengaja (bycatch) pada jaring nelayan. Dalam beberapa kasus, nelayan tidak tahu atau enggan memotong jaringnya karena khawatir kehilangan hasil tangkapan atau mengalami kerugian, sehingga hiu akhirnya mati dan terseret ke pantai," tuturnya.

"Jadi, kombinasi faktor alami dan antropogenik inilah mulai dari perburuan mangsa di perairan dangkal, interaksi dengan alat tangkap perikanan, hingga pencemaran pesisir yang secara bersamaan meningkatkan risiko keterdamparan dan kematian hiu paus di Indonesia," simpulnya.

Untuk mencegah kasus terdamparnya hiu tutul di Indonesia, manusia dapat berusaha mengintervensi antara lain dengan meniadakan atau setidaknya meminimalisasi faktor antropogenik di atas.




(rns/rns)





Hide Ads