×
Ad

Kejutan dari Komet Antar Bintang 3I/ATLAS Bikin Ilmuwan Kecewa

Adi Fida Rahman - detikInet
Selasa, 11 Nov 2025 12:45 WIB
Kejutan dari Komet Antar Bintang 3I/ATLAS Bikin Ilmuwan Kecewa Foto: ATLAS/University of Hawaii/NASA
Jakarta -

Komet antar bintang 3I/ATLAS yang semula dianggap sebagai "kapsul waktu" dari sistem bintang jauh ternyata tidak se-murni yang diharapkan para astronom. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa komet ini telah mengalami pemrosesan intens oleh sinar kosmik galaktik selama miliaran tahun, sehingga material di permukaan komet telah berubah secara signifikan.

Temuan ini membuat para ilmuwan kecewa, sebab harapan untuk mempelajari komposisi asli dari sistem bintang asalnya menjadi lebih sulit.

3I/ATLAS pertama kali terdeteksi pada 1 Juli 2025 oleh sistem ATLAS (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System). Ia merupakan objek antar bintang ketiga yang pernah teramati memasuki Tata Surya, setelah 1I/'Oumuamua pada 2017 dan 2I/Borisov pada 2019. Berbeda dengan asteroid, 3I/ATLAS adalah komet aktif yang memiliki koma, yaitu awan gas dan debu yang terbentuk ketika es memanas saat mendekati Matahari.

Karena jarang sekali ada komet yang datang dari luar Tata Surya, para astronom berharap objek ini dapat memberikan gambaran langsung mengenai kondisi kimia dan fisik sistem bintang asalnya.

Pengamatan menggunakan teleskop James Webb (JWST) dan misi SPHEREx menunjukkan rasio karbon dioksida (CO2) terhadap air (H2O) yang sangat tinggi di koma 3I/ATLAS. NASA menyebut rasio CO2/H2O ini sebagai yang tertinggi yang pernah terukur pada komet.

Temuan tersebut menimbulkan pertanyaan: apakah komet ini terbentuk di lingkungan yang berbeda secara ekstrem dari Tata Surya, atau ada proses lain yang mengubah komposisinya?

Analisis lanjutan menunjukkan bahwa lapisan luar komet mengalami pemrosesan oleh sinar kosmik galaktik. Sinar kosmik berenergi tinggi tersebut mengubah karbon monoksida (CO) menjadi CO2, sekaligus membentuk lapisan kerak organik yang menutupi material asli di bawahnya.

Para peneliti memperkirakan bahwa pemrosesan ini terjadi selama sekitar satu miliar tahun, baik saat komet masih berada di wilayah jauh dari bintang asalnya, maupun selama perjalanan panjang antar bintang menuju Tata Surya.

Dengan kata lain, apa yang terlihat saat ini bukanlah komposisi asli, melainkan permukaan yang sudah "termodifikasi" oleh lingkungan galaksi.

Temuan ini mengecewakan para astronom yang berharap 3I/ATLAS dapat memberikan gambaran murni tentang material pembentuk sistem planet lain. Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa objek antar bintang mungkin membawa jejak perubahan fisika dan kimia akibat paparan ruang antar galaksi.

"Alih-alih menjadi utusan murni, komet antar bintang tampaknya mencerminkan perjalanan panjang dan proses radiasi yang mereka alami," tulis tim peneliti.

Namun, para ilmuwan menegaskan bahwa penelitian belum selesai. Jika aktivitas komet meningkat saat mendekati Matahari, ada kemungkinan material murni di bawah permukaan dapat terangkat ke luar.

Meski penemuan ini bukan kabar baik, 3I/ATLAS tetap menjadi laboratorium alami yang berharga. Studi lanjutan dapat membantu memahami bagaimana radiasi galaksi memengaruhi objek es, baik di dalam maupun di luar Tata Surya.

Pengamatan terhadap komet ini masih berlangsung dari berbagai observatorium di seluruh dunia. Para astronom berharap fase berikutnya dapat membuka akses ke material yang lebih dalam dan lebih murni.



Simak Video "Video: Alasan Supermoon 5 November Jadi yang Terbesar di 2025"

(afr/afr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork