Menyuntikkan isotop radioaktif ke dalam cula badak hidup jauh lebih mudah daripada kedengarannya, kata ilmuwan. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan badak dari perburuan.
"Pada dasarnya Anda mengebor lubang di cula badak, memasukkan isotop radioaktif pilihan ke dalam cula badak di beberapa tempat, lalu menutupnya, membalikkan obat penenang, dan membiarkan badak tersebut hidup selama lima tahun ke depan," ujar James Larkin, kepala ilmuwan dalam Rhisotope Project, dikutip dari CBC.
"Gampang. Semua beres dan bersih dalam beberapa menit," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Imuwan Temukan Sinyal Bahaya dari Paus Biru |
Rhisotope Project bertujuan melindungi badak Afrika Selatan yang terancam punah dengan membuat cula mereka radioaktif. Dosisnya, kata Larkin, aman bagi hewan, namun cukup kuat untuk memicu alarm sistem keamanan nuklir di perbatasan internasional. Tujuannya adalah untuk mencegah orang-orang memburu badak, dan menangkap mereka yang melakukannya.
Para ilmuwan yang tidak terlibat dalam proyek tersebut menyambut baik upaya inovatif untuk melindungi hewan yang terancam punah ini. Namun, mereka menekankan bahwa upaya ini saja tidak cukup untuk menyelamatkan mereka.
Dosis Aman dalam Uji Coba
Rhisotope Project merupakan kolaborasi antara pejabat energi nuklir dan ilmuwan konservasionis, dalam kemitraan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dan South Africa Witwatersrand University, tempat Larkin menjadi direktur Unit Fisika Radiasi dan Kesehatan.
"Setelah melihat cukup banyak video hewan yang dimutilasi, saya pun terpikir, mungkin saya bisa melakukan sesuatu dengan memanfaatkan latar belakang saya," ujarnya.
Pertama, katanya, mereka harus memastikan hal itu berhasil dan aman bagi badak. Jadi selama enam tahun terakhir, ia dan rekan-rekannya telah menguji gagasan tersebut.
Pertama, ia mengujinya di laboratorium dengan pemodelan komputasional untuk menentukan dosis efektif yang paling aman. Kemudian di lapangan, ia dan timnya menyuntik 20 badak hitam dan putih di tempat konservasi badak di Provinsi Limpopo, Afrika Selatan.
Studi lanjutan pada badak, katanya, tidak menunjukkan adanya efek negatif dari radiasi, yang menurutnya setara dengan manusia yang menjalani tiga kali pemindaian CT setahun.
"Tidak, itu tidak akan membahayakan hewan dan mereka tidak akan bersinar dalam gelap," kata Larkin.
Namun, radiasinya cukup kuat untuk memicu detektor radiasi di bandara dan tempat penyeberangan perbatasan lainnya.
"Selama bertahun-tahun, karena ancaman terorisme nuklir, detektor ini telah dipasang di seluruh dunia di pelabuhan, bandara, dan tempat-tempat seperti itu untuk menghentikan pergerakan ilegal bahan radioaktif," kata Larkin.
"Jadi, kami sangat mendukung hal itu. Sistemnya sudah ada. Prosedur operasionalnya sudah ada. Jadi, kami hanya bilang, mari kita gunakan itu untuk membantu mengurangi perdagangan cula badak," sebutnya.
Tujuannya, katanya, bukan hanya untuk menangkap orang yang menyelundupkan cula badak, tetapi juga untuk mencegah pemburu liar lain mencoba.
Direktur Jenderal IAEA Mariano Grossi mengatakan proyek tersebut menunjukkan bagaimana ilmu nuklir dapat digunakan dengan cara baru untuk mengatasi tantangan global.
"Dengan memanfaatkan infrastruktur keamanan nuklir yang sudah terpasang dengan cara-cara baru, kita dapat membantu melindungi salah satu spesies paling ikonik dan terancam punah di dunia," ujarnya dalam siaran pers Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ini merupakan salah satu dari beberapa pendekatan baru untuk konservasi badak dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu juga menunjukkan bahwa pemotongan cula badak mengurangi perburuan liar sebesar 78% selama periode tujuh tahun di delapan suaka margasatwa.
Pemotongan tanduk memang tidak memengaruhi kesehatan hewan atau kemampuan berkembang biak, tetapi sebuah studi di 2023 menemukan hal itu dapat memengaruhi perilaku mereka, menyebabkan mereka kurang bersosialisasi dan mengurangi ukuran wilayah jelajah mereka.
Ratusan Badak Dibunuh
Proyek Rhisotope sejauh ini telah menyuntikkan lima badak di luar kelompok uji coba awal, tetapi mereka berharap penelitian mereka akan bisa melakukan suntikan massal di seluruh Afrika. Mereka mendorong pemilik taman margasatwa swasta dan otoritas konservasi nasional untuk ikut serta.
Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam memperkirakan bahwa populasi badak global berjumlah sekitar 500 ribu pada awal abad ke-20, namun sekarang telah menurun menjadi sekitar 27 ribu karena tingginya permintaan cula badak di pasar gelap.
Afrika Selatan memiliki populasi badak terbesar dengan perkiraan 16.000 ekor, tetapi negara ini mengalami perburuan liar tingkat tinggi dengan sekitar 500 badak dibunuh untuk diambil culanya setiap tahun.
Larkin mengatakan cula badak bisa dihargai hingga USD 60 ribu (sekitar Rp 982 jutaan) di pasar gelap. Cula badak terkadang digunakan dalam pengobatan tradisional di negara-negara Asia, tetapi Larkin mengatakan tujuan utamanya adalah sebagai simbol kekayaan dan status.
"Saat ini, Anda bisa memamerkannya kepada teman-teman dan rekan bisnis," katanya.
Berger mengatakan ia berharap metode ini dapat diadaptasi untuk melindungi hewan lain yang banyak diburu, dan mengatakan ia sudah berbincang dengan para pegiat konservasi yang berupaya melindungi gajah, yang diburu untuk diambil tanduknya, dan trenggiling, yang diburu untuk diambil sisiknya.
Joel Berger, seorang ahli ekologi satwa liar di Colorado State University yang tidak terlibat dalam proyek tersebut, menyambut baik inisiatif tersebut.
"Setelah mempelajari badak hitam dan putih di Afrika bagian selatan dan menyaksikan dampak perburuan liar yang mengerikan, kini sekitar 30 tahun kemudian, sungguh menggembirakan bahwa teknologi baru sedang diuji untuk mencoba menggagalkan perdagangan gelap," ujar Berger.
"Penggunaan isotop radioaktif yang ditanamkan pada cula badak untuk meningkatkan deteksi cula badak selundupan lintas batas memberikan harapan untuk menangkap para pemasar serakah yang memborong ikon-ikon badak dunia yang tidak bersalah," katanya.
Namun, Berger menambahkan, hal itu saja tidak cukup untuk menyelamatkan badak. Pihak berwenang juga perlu menindak jaringan kriminal yang membiarkan perdagangan cula badak tetap hidup.
(rns/rns)