Perubahan Iklim Nyata! Banjir dan Hujan Ekstrem Serentak di Banyak Negara
Hide Ads

Perubahan Iklim Nyata! Banjir dan Hujan Ekstrem Serentak di Banyak Negara

Rachmatunnisa - detikInet
Senin, 14 Jul 2025 21:10 WIB
Ilustrasi Cuaca Ekstrem
Foto: detikcom
Jakarta -

Tak hanya di Indonesia, hujan ekstrem dan banjir melanda banyak negara saat ini, dengan berbagai dampak serius terhadap kehidupan manusia dan infrastruktur. Perubahan iklim pun memperburuk peristiwa ini, menyebabkan curah hujan lebih sering dan intens, naiknya permukaan air laut, dan meningkatnya gelombang badai.

Ilmuwan iklim Daniel Swain dari California Institute for Water Resources within University of California Agriculture and Natural Resources menyebutkan, meskipun tidak mungkin mengatakan bahwa peristiwa cuaca tertentu disebabkan oleh perubahan iklim, kemungkinan besar curah hujan ekstrem dan banjir telah diperparah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

"Ada banyak bukti bahwa ini adalah salah satu jenis peristiwa cuaca ekstrem yang telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia akibat pemanasan yang telah terjadi," ujarnya seperti dikutip dari ABC News, Senin (14/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang saya maksud secara spesifik adalah peristiwa hujan yang sangat ekstrem, baik yang berada di batas atas atau melampaui apa yang pernah kita lihat sebelumnya. Ada bukti kuat bahwa peristiwa-peristiwa tersebut akan, dan memang sudah, meningkat akibat pemanasan," lanjutnya.

Swain mengatakan ramalan dari National Weather Services akurat, tetapi bahkan proyeksi terbaik pun tidak dapat memprediksi intensitas spesifik atau lokasi pasti di mana banjir akan terjadi beberapa hari atau minggu terburuk sebelumnya.

ADVERTISEMENT

Andrew Dessler, seorang profesor ilmu atmosfer dan direktur Texas Center for Extreme Weather di Texas A&M University, mengatakan salah satu prediksi tertua ilmu iklim adalah bahwa peristiwa hujan lebat akan menjadi lebih intens.

"Alasan utamanya adalah udara yang lebih hangat menyimpan lebih banyak air. Jadi, saat udara hangat dan lembap ini mengalir ke dalam badai dan mulai naik dalam badai petir, semua air akan terkuras habis," ujarnya.

Mengambil contoh banjir parah yang terjadi di Texas baru-baru ini, Dessler menyebut ini ada kaitannya dengan teluk, yang berbatasan dengan Texas, yang saat ini menjadi jauh lebih hangat karena perubahan iklim.

Hal ini mengakibatkan perairan menjadi sangat hangat yang menghasilkan banyak penguapan, melepaskan lebih banyak uap air tropis ke udara daripada yang pernah terlihat sebelumnya.

"Tergantung di mana Anda berada, udara lembap itu dipaksa naik saat mendaki topografi. Oleh karena itu, udara tersebut mendingin dan mengembun menjadi awan ketika atmosfer mendukung terjadinya badai petir," jelasnya.

Jennifer Marlon, ilmuwan peneliti senior di Yale School of the Environment mengatakan banjir bandang selalu terjadi, tetapi pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil memperburuknya.

Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, Dessler mengatakan AS dan negara-negara lain di dunia perlu mengambil tindakan dengan meningkatkan sistem peringatan, meningkatkan infrastruktur untuk menangani banjir dengan lebih baik, dan beralih ke tenaga surya dan angin.

Ia mengatakan tenaga surya dan angin tidak hanya lebih baik bagi lingkungan, tetapi juga lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil.

"Selama kita terus membakar bahan bakar fosil, ini tidak akan membaik. Kita berada di dunia dengan peristiwa yang lebih intens, dan kita seharusnya melihat ke depan dan bertanya, 'Bagaimana kita mencegahnya menjadi lebih buruk?," kata Dessler.

Marlon setuju, dan mengatakan perubahan seperti itu perlu datang dari kepemimpinan dan bahwa para pemimpin harus menanggapi perubahan iklim dengan serius.

"Para pemimpin juga dapat menyampaikan kepada negara dan masyarakat tentang rencana mereka untuk mengatasi masalah jangka panjang perubahan iklim. Warga dapat bertanya kepada para pemimpin bagaimana mereka membantu negara kita bertransisi ke energi terbarukan, yang merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi akar permasalahan ini," tutupnya.




(rns/rns)