Heat Dome Terasa Lebih Membara dan Bertahan Lama Karena Kondisi Arktik
Hide Ads

Heat Dome Terasa Lebih Membara dan Bertahan Lama Karena Kondisi Arktik

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 01 Jul 2025 13:29 WIB
Setidaknya 13 orang tewas akibat gelombang panas ekstrem yang melanda Amerika Serikat bagian selatan selama dua minggu terakhir.
Ilustrasi suhu panas akibat heat dome di Amerika Serikat. Foto: Reuters
Jakarta -

Penelitian terbaru menunjukkan, pemanasan global yang cepat di Kutub Utara menyebabkan cuaca ekstrem di musim panas yang berlangsung lama, seperti suhu terik di wilayah AS yang membara di bulan ini.

Dikutip dari Scientific American, suhu di AS bagian timur akhirnya turun saat heat dome yang ganas mulai mereda. Namun, panas terik di awal musim panas akan semakin sering terjadi di tahun-tahun mendatang.

"Hal itu karena gelombang panas di AS minggu ini, yang memecahkan rekor suhu berusia seabad di beberapa wilayah, jelas dipengaruhi oleh perubahan iklim," kata para ilmuwan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Heat dome hanyalah salah satu konsekuensi dari pola cuaca 'macet' yang meningkat seiring dengan pemanasan planet ini. Sebuah studi terkini, yang diterbitkan pada 16 Juni di jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences, memperingatkan tentang meningkatnya bahaya pola cuaca jangka panjang tersebut, yang dapat memicu tidak hanya gelombang panas tetapi juga hujan lebat dan banjir.

Studi lainnya menunjukkan bahwa fenomena di balik cuaca ekstrem tersebut mungkin memiliki asal yang mengejutkan: pemanasan cepat, ratusan kilometer jauhnya, yakni di Kutub Utara yang dingin.

ADVERTISEMENT

Para peneliti dari University of Pennsylvania dan Lawrence Berkeley National Laboratory menyelidiki pola atmosfer alami yang dikenal sebagai gelombang planet. Arus udara yang goyang ini berkelok-kelok naik turun saat mengitari dunia, dan saat menguat, terkadang menyebabkan badai atau heat dome yang bertahan di tempat selama berhari-hari.

Studi tersebut mengamati frekuensi 'peristiwa resonansi' gelombang planet, atau intensifikasi sementara. Mereka menemukan bahwa pola atmosfer yang terhenti seperti ini telah meningkat tiga kali lipat selama 70 tahun terakhir. Pada saat yang sama, cuaca musim panas yang ekstrem, seperti gelombang panas dan banjir, juga semakin umum terjadi.

"Model iklim telah lama meramalkan bahwa pola-pola ini akan lebih sering terjadi seiring perubahan iklim. Namun, penelitian baru ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa hal itu sudah terjadi," kata para penulis.

Meski begitu, penyebab pasti dari peristiwa gelombang planet ini masih menjadi topik penelitian yang aktif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemanasan cepat di Kutub Utara - yang memanas empat kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya, mengubah atmosfer dengan cara yang menggeser aliran jet ke selatan dan memengaruhi gelombang planet.

Penelitian lain menunjukkan bahwa pemanasan tropis sebenarnya dapat menarik aliran jet ke arah kutub. Dan beberapa peneliti mengatakan gelombang planet mungkin terpengaruh oleh tarik-menarik antara kedua pengaruh ini.

Model komputer tidak selalu mampu mensimulasikan respons fisik ini secara penuh, sehingga menjadikannya subjek yang sulit untuk dipelajari. Para ilmuwan telah menyelidiki dampak fisik pasti dari pemanasan global pada pola sirkulasi atmosfer selama bertahun-tahun.

Pemanasan Arktik Berperan

Namun, studi baru ini menambah bukti bahwa pemanasan Arktik berperan. Studi ini menunjukkan bahwa periode suhu yang lebih hangat di lintang tinggi dikaitkan dengan peningkatan peristiwa resonansi gelombang planet.

Studi ini juga menunjukkan bahwa kontras global yang semakin besar antara suhu daratan dan suhu lautan, karena daratan memanas lebih cepat daripada air di seluruh dunia, juga berperan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa lain juga memiliki pengaruh. Peristiwa El Niño yang kuat, yang menyebabkan suhu menghangat di Samudra Pasifik, juga tampaknya mendorong lonjakan sementara dalam peristiwa gelombang planet yang menghambat cuaca.

Singkatnya, banyak faktor, baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia, berperan. Namun, perubahan iklim merupakan pengaruh yang pasti, demikian catatan penelitian tersebut, yang memperingatkan bahwa cuaca musim panas yang ekstrem akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya suhu global. Penelitian lain juga menunjukkan jejak perubahan iklim pada suhu panas terkini.

Climate Central, sebuah organisasi nirlaba di bidang sains dan komunikasi iklim, telah mengembangkan metrik ilmiah yang dikenal sebagai Indeks Pergeseran Iklim yang mengevaluasi pengaruh pemanasan global terhadap suhu di seluruh dunia.

Alat tersebut memperkirakan bahwa suhu tinggi di sebagian besar wilayah timur AS selama beberapa hari terakhir setidaknya lima kali lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

"Luasnya heat dome awal musim panas di Amerika Serikat ini sungguh luar biasa," kata ilmuwan Climate Central Zachary Labe dalam sebuah pernyataan.

"Ini adalah pengingat yang jelas bahwa perubahan iklim membuat gelombang panas yang berbahaya dan menindas ini jauh lebih mungkin terjadi, yang memengaruhi jutaan orang," jelasnya.




(rns/rns)