Ilmuwan Top Peringatkan China Salip AS dalam Sains dan Teknologi
Hide Ads

Ilmuwan Top Peringatkan China Salip AS dalam Sains dan Teknologi

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 17 Des 2024 07:45 WIB
Panel surya merupakan salah satu teknologi ramah lingkungan yang populer di kalangan masyarakat. Seperti apa sih proses pembuatannya? Lihat yuk.
AS mulai dikalahkan dalam persaingan kepemimpinan ilmiah secara global oleh China. Negara ini memang habis-habisan mengerahkan kemampuannya untuk R&D. Foto: VCG via Getty Images/VCG
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) mulai dikalahkan dalam persaingan kepemimpinan ilmiah secara global oleh China. Namun AS masih dapat melawan tren tersebut dengan beradaptasi pada lingkungan penelitian yang sedang berkembang dan mencoba hal-hal baru.

Hal ini dikatakan seorang pejabat senior bidang sains AS. Dalam pidato perdana State of the Science bulan lalu di Washington, presiden National Academy of Sciences (NAS) Marcia McNutt mengatakan, AS masih menjadi investor terbesar di dunia untuk sektor penelitian dan pengembangan (research and development/R&D), namun tidak akan lama lagi China akan mengambil alih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

China memang habis-habisan mengerahkan kemampuannya untuk R&D. Dikutip dari South China Morning Post, AS menghabiskan USD806 miliar untuk R&D. Dibandingkan dengan China, negara ini menghabiskan USD 668 miliar pada 2021, namun tingkat investasi China dua kali lipat dari AS.

"Sejak berakhirnya Perang Dunia II, AS tidak hanya menjadi yang terdepan di dunia tetapi juga mendominasi dunia dalam sains dan teknologi, dengan hampir 60% dari semua Hadiah Nobel yang pernah diberikan," kata McNutt yang merupakan ahli geofisika dan presiden perempuan pertama NAS sejak didirikan pada 1863.

ADVERTISEMENT

McNutt juga merupakan pemimpin redaksi perempuan pertama majalah Science, dan terpilih sebagai anggota ilmuwan asing di Chinese Academy of Sciences pada 2019.

Sementara itu, China telah mengejar ketertinggalan dengan cepat baik dalam kuantitas maupun kualitas makalah yang diterbitkan, sambil menggandakan jumlah paten yang diajukan oleh AS pada 2021.

"Semua ini menunjukkan kepada saya bahwa ada tren yang sangat mengkhawatirkan. Berbagai metode pemeringkatan, termasuk yang digunakan oleh lembaga analitis di AS, Inggris, dan Jepang, semuanya menunjukkan bahwa China telah melampaui AS dalam jumlah makalah yang paling banyak dikutip, ini adalah ukuran utama dampak penelitian," tutupnya.




(rns/afr)