Megatsunami di Greenland Gelombangnya Berlangsung Seminggu Penuh
Hide Ads

Megatsunami di Greenland Gelombangnya Berlangsung Seminggu Penuh

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 27 Agu 2024 19:45 WIB
Megatsunami di Greenland
Lokasi tanah longsor dan kejadian-kejadian berikutnya. Foto: Carrillo‐Ponce et al., The Seismic Record, 2024
Jakarta -

Pada September 2023, tanah longsor besar di Greenland timur memicu tsunami dahsyat yang mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia. Saking dahsyatnya, gelombang yang dihasilkan megatsunami ini berlangsung selama seminggu penuh.

Sejumlah osilasi (ayunan) kecil yang memantul di antara pantai bergabung untuk membentuk gelombang berdiri di perairan yang sebagian tertutup. Fenomena ini direkam dari sinyal yang menempuh jarak sejauh 5.000 kilometer di seluruh dunia.

Kondisi ini disebut sebagai gelombang seiche, yakni gelombang berdiri dengan osilasi vertikal terbesar terjadi di setiap ujung badan air, dan osilasi sangat kecil di 'simpul', atau titik pusat gelombang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim di balik penelitian ini, para ilmuwan dari GFZ German Research Center for Geosciences dan University of Potsdam, Jerman, mengatakan teknologi penginderaan semacam ini merupakan bagian penting dalam pemantauan daerah terpencil seperti Greenland.

"Fakta bahwa sinyal gelombang hanyut yang dipicu longsoran batu di daerah terpencil di Greenland dapat diamati di seluruh dunia dan selama lebih dari seminggu sangat menarik, dan sebagai seismolog, sinyal inilah yang paling menarik perhatian kami," kata ahli geofisika Angela Carrillo-Ponce dari GFZ German Research Center for Geosciences, dikutip dari Science Alert.

ADVERTISEMENT
Megatsunami di GreenlandData dikumpulkan dari seluruh dunia. Foto: Carrillo‐Ponce et al., The Seismic Record, 2024

Menggunakan data yang diperoleh dari satelit dan stasiun aktivitas seismik, mereka mengukur gelombang kejut saat bergema di sekitar Bumi. Para peneliti dapat mengidentifikasi tanah longsor berenergi tinggi yang memicu megatsunami di Dickson Fjord serta gelombang seiche berikutnya yang berlangsung selama berhari-hari.

Menurut para peneliti, tsunami mencapai sekitar 200 meter di atas pantai di tempat-tempat tertentu, mengirimkan air hingga ke pulau lepas pantai Ella lebih dari 50 kilometer dari lokasi tanah longsor.

Bukti gelombang berdiri muncul melalui apa yang dikenal sebagai sinyal periode sangat panjang (VLP), yang merekam dampak tanah longsor yang sedang berlangsung. Ada juga laporan di media sosial tentang dampak setelah kejadian tersebut. Tidak jelas apa yang menyebabkan tanah longsor awal, tetapi kita memiliki gambaran yang sangat jelas tentang apa yang terjadi selanjutnya.

"Analisis sinyal seismik dapat memberi kita beberapa jawaban mengenai proses yang terlibat dan bahkan dapat mengarah pada peningkatan pemantauan kejadian serupa di masa mendatang," kata Carrillo-Ponce.

"Jika kita tidak mempelajari peristiwa ini secara seismik, maka kita tidak akan mengetahui tentang seiche yang dihasilkan dalam sistem fjord," ujarnya.

Saat Bumi menghangat, pemantauan terperinci terhadap kawasan seperti Greenland akan semakin penting. Temperatur yang lebih tinggi berarti stabilitas yang lebih rendah dan variasi yang lebih besar pada gletser, dan berpotensi terjadinya tanah longsor seperti yang tercatat di sini.

Bahkan di bagian dunia yang terpencil seperti Greenland, insiden ini dan megatsunami berikutnya dapat mengakibatkan hilangnya nyawa. Harapannya adalah peningkatan teknologi akan memberi kita gambaran yang lebih baik tentang di mana peristiwa seperti ini mungkin terjadi selanjutnya.

"Sangat mengesankan melihat bahwa kami dapat menggunakan data berkualitas baik dari stasiun yang berlokasi jauh seperti Jerman, Alaska, dan Amerika Utara, dan bahwa rekaman tersebut cukup kuat setidaknya selama satu minggu," kata Carrillo-Ponce.




(rns/rns)