Pakar: Indonesia Berpotensi Tinggi Jadi Produsen Bioetanol

Aisyah Kamaliah - detikInet
Rabu, 14 Agu 2024 21:26 WIB
Pakar: Indonesia Berpotensi Tinggi Jadi Produsen Bioetanol. Foto: Rachmatunnisa
Jakarta -

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi produsen sumber energi terbarukan bioetanol, lantaran kekayaan alam yang dimiliki Ibu Pertiwi dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) sudah dimiliki.

Guru Besar Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Deendarlianto menyampaikan kepada detikINET bahwa bioetanol adalah salah satu cara mengurangi ketergantungan pada bensin. Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang sebenarnya dapat ditanam dengan mudah di Indonesia.

"Bioetanol berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti singkong, sorghum, kemudian juga tebu. Melihat tumbuhan tersebut kan, mudah juga ditanami di lahan-lahan kritis, jadi sebenarnya potensi Indonesia menjadi produsen bioetanol sangat tinggi," ujarnya saat dihubungi detikINET, Rabu (14/8/2024).

Dari segi biaya produksi pun, sebenarnya bioetanol masih bisa bersaing (dengan Pertamax misalnya), akan tetapi memang harganya belum bisa dikatakan ekonomis. Namun, dukungan berupa insentif yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yang ingin beralih menggunakan bioetanol akan sangat membantu mengatasi tantangan tersebut.

Ia pun optimistis dengan pengembangan sumber energi ini. Prof Deen beranggapan bioetanol menyimpan lebih banyak manfaat ketimbang kerugian. Pertama, ini akan mengurangi impor bahan bakar dari luar negeri. Kedua, tentunya perkembangan industri bioetanol bisa meningkatkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

"Teknologinya nggak sulit kok, mudah. Soal SDM, teknologi risetnya, kita sudah bisa menguasai. Sekarang itu soal pertaniannya. Masyarakat kita kan terbiasa misalnya Bertani, dapat uang, makan. Kalau kita mengembangkan bioetanol, pertanian kan akhirnya tidak boleh ada stop produksi. Artinya petaninya diubah mentalnya jadi seorang industrialis. Sosial itu yang perlu kita bangun, mindset shifting namanya,"
ujarnya.

Meski begitu, perlu dipastikan lagi apakah tanaman yang diteliti, contohnya sorghum, bersifat local dependent atau tidak. Artinya, apakah sorghum yang ditanam di satu daerah memiliki kandungan yang berbeda dengan sorghum yang ada di daerah lainnya.

"Tapi saya rasa itu tidak sulit, toh? Itu lebih ke riset implementatif saja. Konsepnya sudah terpenuhi," ungkap lulusan S3 dari University of Tokushima, Jepang, itu.

Prof Deendarlianto bersama rekan-rekannya di Universitas Gadjah Mada sedang melakukan riset mengenai bioetanol, bekerja sama dengan industri. Saat ini, fokus mereka bukan lagi pada pengembangan bioetanol, melainkan untuk membuatnya menjadi lebih ekonomis.

"Kebetulan industrinya punya riset juga, kita combine juga dengan riset kami. Yang saat ini sedang kita coba bagaimana ini jadi economic proven," tandasnya.



Simak Video "Respons Jokowi soal Luhut Minta Pertamina Akuisisi Perusahaan di Brasil"

(rns/rns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork