Kemenyan Asal Danau Toba Jadi Parfum Bernilai Cuan
Hide Ads

Kemenyan Asal Danau Toba Jadi Parfum Bernilai Cuan

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 13 Agu 2024 20:30 WIB
Kemenyan Dikaitan Hal Mistis Padahal Jadi Bumbu Masak Sejak Ribuan Tahun Lalu
Foto: Getty Images/iStockphoto/MielPhotos2008
Jakarta -

Dalam budaya di Indonesia, kemenyan identik dengan hal-hal mistis, karena banyak digunakan dalam upacara atau ritual kuno dan berasosiasi dengan roh halus, situs angker, dan hal seram lainnya.

Di balik aura mistis dari bau kemenyan karena dianggap sebagai pertanda kemunculan makhluk halus, tumbuhan ini memiliki banyak sekali manfaat. Salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) binaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengolah kemenyan menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

Kemenyan atau Olibanum memiliki aroma wewangian berbentuk kristal yang digunakan dalam dupa dan parfum. Marlundu Lumbal Gaol yang menjadi mitra binaan BRIN melihat potensi yang ada di daerahnya di pinggiran Danau Toba, Sumatra Utara, dan memanfaatkannya untuk aroma terapi dan parfum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Produknya ini ikut mejeng di pameran riset dan inovasi Indonesia Research and Innovation Expo (INARI) Expo 2024, yang berlangsung pekan lalu, 8-11 Agustus di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat. Ia menyebut, kemenyan yang dimanfaatkan olehnya ini sudah berabad-abad lamanya tumbuh di Tanah Batak.

"Kemenyan yang ditanam di pinggiran Danau Toba, kualitasnya sangat bagus dan melimpah. Kami melihat, apabila kemenyan yang dijual dengan getahnya seharga Rp300.000, namun jika diolah dan disuling menjadi minyak kemudian diekspor, memiliki nilai ekonomis yang tinggi, menjadi Rp3.000.000. Minyak kemenyan ini yang kami olah menjadi pengikat untuk dijadikan parfum," terang Marlundu seperti dikutip dari situs BRIN.

ADVERTISEMENT

Melalui UMKM bernama Lamitana Atsiri Medicamento, Marlundu menjadi salah satu pelaku UMKM binaan BRIN dalam program Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR) yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi.

Marlundu menjelaskan bahwa sejak 2022, usahanya mendapatkan bimbingan dari BRIN melalui Bapak Aswandi dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk.

Parfum kemenyanParfum Lamitana Atsiri Medicamento berbasis bahan kemenyan. Foto: BRIN

"Dengan adanya program PPBR ini, kami mendapatkan bantuan pembinaan untuk pengembangan usaha berupa pelatihan pengolahan kemenyan menjadi pengikat untuk parfum, dan kami memanfaatkan aroma tumbuhan di sekitar Danau Toba untuk kombinasi aroma lain," jelasnya.

Lebih lanjut, Marlundu menjelaskan motivasinya memanfaatkan potensi kemenyan yang berasal dari kampungnya. "Kami menanam kemenyan, melakukan budi daya, mengolah serta meracik minyak kemenyan ini sendiri, sehingga biaya produksinya lebih rendah dibandingkan dengan harga parfum yang beredar dari luar negeri," tuturnya.

"Kualitas kemenyan yang berasal dari Danau Toba ini juga jauh lebih baik, karena setelah diuji secara lab, kadar citronella-nya lebih tinggi, sebesar 60% dibandingkan dengan kemenyan yang ditanam di daerah lain, yang hanya sebesar 40%. Hal ini tentunya dikarenakan kekayaan alam serta cuaca di Danau Toba," ungkap Marlundu.

Lamitana merupakan parfum murni atsiri yang dipadukan antara minyak kemenyan dan minyak atsiri supaya mendapatkan hasil dengan aroma yang mewah dan tahan lama. Berasal dari kemenyan, dikarenakan kemenyan adalah hasil kebun yang khas dari Humbang Hasundutan, Sumatra Utara.

Parfum berbasis kemenyan ini kaya kombinasi minyak atsiri yang berasal dari hutan Indonesia, seperti kayu, bunga, serta resin getah.

Marlundu berharap, program PPBR ini dapat memajukan UMKM yang berada di daerah. "Kami terbantu dengan pelatihan pembuatan parfum dengan memanfaatkan kemenyan asli daerah Danau Toba. Kami berharap ke depannya, BRIN tetap memperhatikan UMKM, agar UMKM ini lebih maju," tuturnya.




(rns/rns)