Drone AI yang Mampu Bunuh Orang Bisa Dibuat Dalam Hitungan Jam
Hide Ads

Drone AI yang Mampu Bunuh Orang Bisa Dibuat Dalam Hitungan Jam

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 14 Mar 2024 20:30 WIB
Ilustrasi Drone
Drone AI yang Bisa Bunuh Orang Dibuat Hanya Dalam Hitungan Jam. Foto: iStock
Jakarta -

Hanya dibutuhkan beberapa jam untuk mengkonfigurasi drone kecil yang tersedia secara komersial untuk memburu suatu target, seorang ilmuwan memberikan peringatan.

Luis Wenus, seorang pengusaha dan engineer, memasukkan sistem kecerdasan buatan (AI) ke dalam drone kecil untuk mengejar orang-orang seperti dalam game.

Ia membagikan hasil kegiatan 'iseng' itu dalam sebuah postingan pada tanggal 2 Maret di X/Twitter. Namun dia segera menyadari bahwa alat tersebut dapat dengan mudah dikonfigurasikan untuk menampung muatan yang dapat meledak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT


Berkolaborasi dengan Robert Lukoszko, engineer lainnya, dia mengkonfigurasi drone tersebut untuk menggunakan model deteksi objek untuk menemukan orang dan terbang ke arah mereka dengan kecepatan penuh.

Keduanya juga memasukkan sistem pengenalan wajah ke dalam drone yang bisa bekerja pada jarak hingga 10 meter. Ini berarti, versi drone yang dipersenjatai dapat digunakan untuk menyerang orang atau target tertentu.

"Pembuatannya hanya memakan waktu beberapa jam, dan membuat saya menyadari betapa menakutkannya. Anda dapat dengan mudah mengikat sejumlah kecil bahan peledak ke dalamnya dan membiarkan 100 bahan peledak beterbangan," tulis Wenus seperti dikutip dari Science Alert.

Wenus menggambarkan dirinya sebagai 'absolutisme sumber terbuka', yang berarti dia percaya untuk selalu berbagi kode dan perangkat lunak melalui saluran sumber terbuka (open source channel).

Dia juga mengidentifikasi dirinya sebagai 'e/acc' yang merupakan aliran pemikiran di kalangan peneliti AI yang mengacu pada keinginan untuk mempercepat penelitian AI terlepas dari kerugiannya.

Aliran ini muncul karena keyakinan bahwa keuntungannya akan selalu lebih besar daripada keuntungannya. Namun dia mengatakan bahwa dia tidak akan mempublikasikan kode apa pun yang berkaitan dengan eksperimen ini.

"Serangan teror dapat direncanakan dalam waktu dekat dengan menggunakan teknologi semacam ini. Meskipun orang membutuhkan pengetahuan teknis untuk merekayasa sistem seperti itu, menulis perangkat lunak akan menjadi lebih mudah seiring berjalannya waktu, sebagian karena kemajuan AI sebagai asisten dalam menulis kode," katanya.

Sistem Anti-drone

Wenus mengatakan eksperimennya menunjukkan bahwa masyarakat perlu segera membangun sistem anti-drone untuk ruang-ruang sipil tempat banyak orang dapat berkumpul.

Ada beberapa upaya penanggulangan yang bisa dibangun masyarakat, menurut Robin Radar, antara lain kamera, sensor akustik, dan radar untuk mendeteksi drone.

Namun, untuk mengganggu mereka, diperlukan teknologi seperti pengacau frekuensi radio, spoofer GPS, senjata jaring, serta laser berenergi tinggi.

Meskipun senjata-senjata tersebut belum digunakan di lingkungan sipil, perlengkapan semacam itu sebelumnya telah dikonsep dan digunakan dalam konteks peperangan. Ukraina misalnya, telah mengembangkan drone yang dapat meledak sebagai respons terhadap invasi Rusia.

Militer AS juga sedang mencari cara untuk membangun dan mengendalikan kawanan drone kecil yang dapat menyerang sasaran. Langkah ini mengikuti upaya Angkatan Laut AS setelah pertama kali menunjukkan bahwa mereka dapat mengendalikan 30 drone dengan bahan peledak pada tahun 2017, menurut MIT Technology Review.




(rns/rns)