Pelat Tektonik India Sedang Membelah Diri, Ini Akibatnya

Fadhila Khairina Fachri - detikInet
Selasa, 12 Mar 2024 08:42 WIB
Foto: IFL Science
Jakarta -

Tanpa kita sadari, lempeng Bumi terus bergerak. Pergerakan ini diprediksi akan membelah sejumlah daratan. Selain Afrika, daratan India juga disebut akan terbelah dua.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa Pelat Tektonik India mungkin sedang mengalami pemisahan horizontal, menjadi dua lapisan tebal sekitar 100 kilometer masing-masing. Hal ini berbeda dengan proses pemisahan vertikal yang terjadi di Timur Afrika, di mana terbentuknya mikrokontinen baru. Untuk pemisahan di India tampaknya terjadi secara horizontal ketika bertemu dengan Pelat Tektonik Eurasia.

Himalaya, sebagai rangkaian pegunungan terbesar di dunia, memiliki ciri khas utama berupa Dataran Tinggi Tibet di belakangnya. Gerakan India ke utara dengan kecepatan 1-3 kilometer/tahun selama 60 juta tahun diakui sebagai pendorong utama pembentukan pegunungan ini. Namun, mekanisme pasti terbentuknya Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet masih menjadi perdebatan.

Sejumlah teori mencoba menjelaskan fenomena ini. Salah satu teori menyatakan bahwa Pelat India terlalu apung untuk tenggelam ke dalam mantel, sehingga meluncur di bawah Pelat Eurasia dan menciptakan tonjolan yang menjadi Dataran Tinggi Tibet. Teori lainnya menyebutkan bahwa Pelat India merenggang, seperti kertas yang dipaksa tegak lurus, dengan Tibet terbentuk oleh tonjolan.

Seperti yang dilansir dari IFLSCIENCE, Selasa (12/3/24), Desember lalu, sebuah opsi ketiga diajukan di Konferensi American Geophysical Union. Menurut pandangan ini, Pelat India sedang mengalami delaminasi. Akibatnya, nanti bagian atasnya mengelupas untuk menopang Tibet, sementara bagian bawah yang lebih padat tenggelam ke dalam mantel. Para peneliti menduga bahwa bagian atas yang mengapung ini, yang tebalnya cukup untuk menjelaskan ketinggian Tibet, sementara bagian bawah berperilaku seperti lempeng samudera yang terpaksa di bawah lempeng benua.

"Kita tidak tahu bahwa benua bisa berperilaku seperti ini, dan itu, bagi ilmu bumi padat, cukup fundamental," kata Profesor Douwe van Hinsbergen dari Universitas Utrecht, yang bukan merupakan penulis penelitian, kepada Science Magazine.

Pentingnya temuan ini disoroti oleh fakta bahwa ini merupakan kali pertama sebuah benua terlihat mengalami delaminasi, menurut Profesor Douwe van Hinsbergen dari Universitas Utrecht. Kendati tidak mungkin melakukan pengeboran hingga kedalaman 100 kilometer untuk memverifikasi ide ini, para peneliti menggunakan petunjuk dari helium yang naik melalui mata air di Tibet.

"Ini adalah pertama kalinya bahwa itu tertangkap sedang beraksi dalam pelat yang tenggelam," kata van Hinsbergen kepada Science Magazine.

Helium-3, yang sangat jarang di Bumi dan harus berasal dari formasi planet ini, ditemukan dalam konsentrasi tinggi di beberapa mata air Tibet. Para peneliti, dipimpin oleh Simon Klemperer dari Universitas Stanford, menyimpulkan bahwa mantel berada cukup dekat ke permukaan di utara Tibet sehingga helium-3 dapat mencapai mata air tersebut. Namun, lebih ke selatan, gas yang bocor terutama mengandung helium-4, menunjukkan bahwa pelat belum terbelah di sana dan membentuk penghalang yang tidak dapat dilalui helium. Satu pengecualian adalah daerah di dekat Bhutan, di mana para peneliti menduga mantel telah menembus kerak, menciptakan sinyal aneh.

Pola gempa di wilayah tersebut juga mendukung hipotesis ini dan menunjukkan bahwa intrusi mantel berasal dari sisi timur dataran tinggi. Para penulis mengemukakan bahwa bentuk Pelat India, yang lebih tebal di utara dan lebih tipis di sisi-sisinya, mungkin telah membantu proses ini. Dengan tenggelamnya pusat pelat lebih cepat, bahkan tekanan yang relatif rendah dari materi mantel di atas bagian bawah lempeng dapat menyebabkannya mengelupas.

Meskipun pemahaman tentang proses geologis ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, temuan ini membuka pintu bagi pandangan baru tentang ilmu bumi, dan sekaligus memperkuat pemahaman kita tentang bagaimana benua dapat mengalami perubahan yang mendalam dalam jangka waktu geologis yang panjang.

*Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.



Simak Video "Video: Nggak Takut! Aktor Ini Naik Air India Sebulan Setelah Tragedi Maut"

(asj/asj)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork