Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat manusia saat ini. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh alam, tetapi juga oleh kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
Beberapa negara bahkan terancam akan hilang dari peta dunia karena kenaikan permukaan laut dan bencana alam lainnya. Berikut adalah 10 negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan berisiko lenyap dalam beberapa dekade mendatang:
1. Maladewa
Maladewa atau Maldives adalah negara kepulauan yang terletak di Samudra Hindia, selatan India. Negara ini terkenal dengan keindahan pantai, laut, dan terumbu karangnya yang menarik banyak wisatawan. Namun, Maladewa juga merupakan negara dengan ketinggian rata-rata terendah di dunia, yaitu hanya 1,5 meter di atas permukaan lautΒΉ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global menjadi ancaman utama bagi Maladewa. Menurut laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), permukaan laut diperkirakan akan naik sekitar 1 meter pada akhir abad iniΒ². Jika hal ini terjadi, sebagian besar wilayah Maladewa akan tenggelam dan menghilang. Selain itu, erosi pantai, kerusakan terumbu karang, dan penurunan kualitas air juga menjadi dampak negatif dari perubahan iklim bagi Maladewa.
2. Kiribati
Kiribati adalah negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik, timur laut Australia. Negara ini memiliki luas wilayah sekitar 800 kilometer persegi, yang tersebar di 33 pulau. Kiribati juga merupakan salah satu negara dengan ketinggian rata-rata terendah di dunia, yaitu sekitar 2 meter di atas permukaan laut.
Sama seperti Maladewa, Kiribati juga sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Beberapa pulau di Kiribati bahkan sudah tenggelam atau terancam tenggelam dalam waktu dekat. Selain itu, Kiribati juga menghadapi masalah kekurangan air bersih, peningkatan suhu udara, dan penurunan hasil pertanian akibat perubahan iklim. Pemerintah Kiribati bahkan sudah membeli tanah di Fiji sebagai tempat relokasi bagi warganya jika negara ini benar-benar lenyap.
3. Tuvalu
Tuvalu adalah negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik, dekat dengan Kiribati. Negara ini memiliki luas wilayah sekitar 26 kilometer persegi, yang terdiri dari 9 pulau. Tuvalu juga memiliki ketinggian rata-rata yang sangat rendah, yaitu sekitar 1,8 meter di atas permukaan laut.
Tuvalu juga mengalami ancaman yang sama dengan Maladewa dan Kiribati, yaitu kenaikan permukaan laut. Beberapa pulau di Tuvalu sudah mengalami erosi pantai, banjir, dan intrusi air laut yang merusak tanah dan air tawar. Selain itu, Tuvalu juga rentan terhadap bencana alam seperti siklon tropis, gelombang panas, dan kebakaran hutan. Pemerintah Tuvalu sudah berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, seperti membangun tanggul, menanam mangrove, dan menggunakan energi terbarukan.
4. Vanuatu
Vanuatu adalah negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik, timur Australia. Negara ini memiliki luas wilayah sekitar 12 ribu kilometer persegi, yang terdiri dari 83 pulau. Vanuatu memiliki ketinggian rata-rata sekitar 300 meter di atas permukaan laut, tetapi sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pesisir.
Vanuatu merupakan negara yang paling sering terkena bencana alam di dunia, menurut Indeks Risiko Bencana Dunia 2016. Negara ini sering mengalami gempa bumi, letusan gunung berapi, siklon tropis, banjir, dan tanah longsor. Perubahan iklim memperparah situasi ini dengan meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan, keamanan pangan, dan pariwisata di Vanuatu.
5. Bangladesh
Bangladesh adalah negara yang terletak di Asia Selatan, berbatasan dengan India dan Myanmar. Negara ini memiliki luas wilayah sekitar 148 ribu kilometer persegi, dengan jumlah penduduk sekitar 165 juta jiwa. Bangladesh merupakan negara yang sangat padat penduduknya, dengan kepadatan sekitar 1.100 jiwa per kilometer persegi.
Bangladesh juga merupakan negara yang sangat rawan terhadap perubahan iklim, karena sebagian besar wilayahnya berada di dataran rendah dan delta sungai. Kenaikan permukaan laut, banjir, kekeringan, dan badai siklon adalah beberapa ancaman yang dihadapi oleh Bangladesh akibat perubahan iklim. Diperkirakan sekitar 20 juta orang di Bangladesh akan kehilangan rumah mereka akibat kenaikan permukaan laut pada tahun 2050. Selain itu, perubahan iklim juga berpengaruh pada kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan migrasi di Bangladesh.
Halaman selanjutnya: Chad sampai Kepulauan Solomon >>>
6. Chad
Chad adalah negara yang terletak di Afrika Tengah, berbatasan dengan Libya, Sudan, Republik Afrika Tengah, Kamerun, Nigeria, dan Niger. Negara ini memiliki luas wilayah sekitar 1,3 juta kilometer persegi, dengan jumlah penduduk sekitar 16 juta jiwa. Chad merupakan negara yang sangat miskin, dengan indeks pembangunan manusia (IPM) peringkat 187 dari 189 negara.
Chad juga merupakan negara yang sangat terdampak oleh perubahan iklim, karena sebagian besar wilayahnya berupa gurun dan semi-gurun. Salah satu dampak terbesar dari perubahan iklim adalah menyusutnya Danau Chad, yang merupakan sumber air, makanan, dan mata pencaharian bagi jutaan orang di Chad dan negara-negara tetangganya. Menurut PBB, Danau Chad telah kehilangan 90% volumenya sejak tahun 1960 akibat peningkatan suhu, kekeringan, dan penggunaan air yang berlebihan. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan konflik, kelaparan, dan penyakit di Chad.
7. Haiti
Haiti adalah negara yang terletak di Karibia, berbagi pulau Hispaniola dengan Republik Dominika. Negara ini memiliki luas wilayah sekitar 27 ribu kilometer persegi, dengan jumlah penduduk sekitar 11 juta jiwa. Haiti merupakan negara termiskin di belahan bumi barat, dengan 60% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.
Haiti juga merupakan negara yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, karena sebagian besar wilayahnya berada di jalur badai Atlantik. Haiti sering mengalami bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan badai tropis. Salah satu bencana alam terparah yang menimpa Haiti adalah gempa bumi tahun 2010 yang menewaskan lebih dari 200 ribu orang dan menghancurkan infrastruktur negara. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada degradasi lingkungan, kerusakan pertanian, dan penyebaran penyakit di Haiti.
8. Sudan
Sudan adalah negara yang terletak di Afrika Timur, berbatasan dengan berbatasan dengan Mesir, Eritrea, Etiopia, Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, Chad, dan Libya. Negara ini memiliki luas wilayah sekitar 1,9 juta kilometer persegi, dengan jumlah penduduk sekitar 43 juta jiwa. Sudan merupakan negara yang mengalami konflik berkepanjangan, baik antara pemerintah dan pemberontak, maupun antara kelompok etnis dan agama.
Sudan juga merupakan negara yang sangat terpengaruh oleh perubahan iklim, karena sebagian besar wilayahnya berupa gurun dan semi-gurun. Salah satu dampak terbesar dari perubahan iklim adalah menurunnya curah hujan, yang menyebabkan kekeringan, kelaparan, dan konflik sumber daya. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan banjir, penyebaran penyakit, dan pengungsi lingkungan di Sudan.
9. Kiribati
Republik Kiribati mencakup tiga juta kilometer persegi di Samudra Pasifik, timur laut Australia, lebih dari 33 atol karang, dan satu pulau. Orang-orang Spanyol pertama kali menemukan atol ini. Kemudian, Inggris memerintah di sini, dengan negara merdeka Kiribati baru muncul pada tahun 1979.
Saat ini, pihak berwenang Kiribati sangat prihatin dengan naiknya permukaan laut yang perlahan-lahan menenggelamkan pantai negara dan memaksa orang untuk pindah. Negara ini memiliki ketinggian rata-rata hanya tiga meter di atas permukaan laut dan sudah kehilangan desa-desanya karena permukaan laut yang naik.
Air asin juga membanjiri sumber daya air tawar di atol, yang menyebabkan kegagalan panen. Menurut perkiraan, negara kepulauan berpenduduk padat ini bisa berada di bawah air pada akhir abad ini, meninggalkan ribuan migran iklim yang tak berdaya.
10. Kepulauan Solomon
Kepulauan Solomon adalah rantai luas 990 pulau yang tersebar di kepulauan Solomon dan Santa Cruz di Samudra Hindia. Pulau-pulau itu ditemukan pada awal tahun 1568 oleh orang Spanyol, yang saat itu dimiliki oleh Inggris, dan menerima kemerdekaan pada tahun 1978. Secara keseluruhan, mereka terdiri dari sekitar 30.000 kilometer persegi surga indah yang bisa segera menemukan dirinya di bawah air.
Enam pulau telah tenggelam di bawah permukaan, dengan lebih banyak lagi yang mengikuti. Meskipun demikian, populasi Kepulauan Solomon terus meningkat selama bertahun-tahun menjadi hampir 728.000 penduduk pada hari ini. Pihak berwenang khawatir dengan negara yang menghilang dan masa depan penduduknya, karena tampaknya pemanasan global akan secara serius menghambat kelangsungan hidup mereka hanya dalam beberapa dekade mendatang