Bulan Menyusut, Kutub Selatannya Bisa Longsor!

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 31 Jan 2024 12:16 WIB
Bulan Menyusut, Kutub Selatan Bisa Longsor. Foto: NASA
Jakarta -

Bulan dulunya memiliki suhu yang lebih panas. Namun, satelit alami Bumi ini mendingin seiring berjalannya waktu. Kondisi ini besar dampaknya, karena menyebabkan Bulan menyusut.

Bulan memang tidak akan roboh dengan sendirinya karena ia tetap terbuat dari batu. Tapi ibarat buah anggur yang mengalami dehidrasi saat menjadi kismis, Bulan yang menyusut akan semakin keriput. Bersamaan dengan itu, bisa terjadi gempa dan tanah longsor di Bulan.

Dalam penelitian yang diterbitkan di The Planetary Science Journal, ilmuwan menyelidiki dampak gempa yang tercatat terhadap permukaan Bulan, khususnya di sekitar Kutub Selatan Bulan.

Ini adalah bidang yang sangat menarik untuk eksplorasi manusia dan robot di masa depan. Penelitian ini menemukan bahwa beberapa lereng permukaan di wilayah tersebut sangat rentan pecah akibat guncangan.

"Anda bisa membayangkan permukaan Bulan kering, dipenuhi kerikil dan debu. Selama miliaran tahun, permukaannya telah dihantam oleh asteroid dan komet, sehingga fragmen sudut yang dihasilkan terus-menerus terlontar akibat benturan tersebut," kata rekan penulis Profesor Nicholas Schmerr, dari University of Maryland, dikutip dari IFL Science, Rabu (31/1/2024).

"Hasilnya, material permukaan yang dikerjakan ulang dapat berukuran mikron hingga seukuran batu besar, namun semuanya terkonsolidasi dengan sangat longgar. Sedimen yang lepas sangat memungkinkan terjadinya guncangan dan tanah longsor," ujarnya.

Foto: NASA

Gempa dangkal, seperti namanya, tidak terlalu dalam, terjadi pada kedalaman 50-220 kilometer di bawah permukaan. Jenis gempa ini juga tidak terlalu kuat. Yang terkuat yang pernah tercatat adalah berkekuatan paling besar M 5,7 yang berasal dari wilayah Kutub Selatan.

Meski lebih lemah dibandingkan gempa di Bumi, gempa Bulan berlangsung selama berjam-jam, menjadikannya kekhawatiran yang tidak boleh dianggap remeh.

"Pemodelan kami menunjukkan bahwa gempa Bulan dangkal yang mampu menghasilkan guncangan tanah yang kuat di wilayah Kutub Selatan mungkin terjadi akibat peristiwa slip pada patahan yang ada atau pembentukan patahan dorong baru," kata penulis utama studi tersebut, Thomas R Watters, ilmuwan senior di National Air and Space Museum's Center for Earth and Planetary Studies.

"Distribusi global patahan dorong muda, potensi aktifnya, dan potensi pembentukan patahan dorong baru akibat kontraksi global yang sedang berlangsung harus dipertimbangkan ketika merencanakan lokasi dan stabilitas pos terdepan permanen di Bulan," sebutnya.

Para peneliti terus berupaya memahami wilayah Bulan yang mungkin memiliki risiko seismik signifikan. Daerah-daerah ini harus dihindari untuk pemukiman permanen di masa depan, namun kunjungan singkat pun mungkin berisiko jika terlalu dekat dengan lereng yang goyah.

"Saat kita semakin dekat dengan tanggal peluncuran misi berawak Artemis, penting untuk menjaga astronaut, peralatan, dan infrastruktur kita seaman mungkin," kata Schmerr.

"Pekerjaan ini membantu kita bersiap menghadapi apa yang menanti kita di Bulan, baik itu struktur rekayasa yang dapat lebih tahan terhadap aktivitas seismik Bulan atau melindungi manusia dari zona yang sangat berbahaya," tutupnya.





Simak Video "Video: Momen Bulan Purnama Mencapai Titik Terendah di Langit China"

(rns/fay)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork