Inti Bumi Bergetar Setiap 8,5 Tahun, Ini Dampaknya

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 09 Jan 2024 12:15 WIB
nti Bumi Bergetar Setiap 8,5 Tahun, Ini Dampaknya. Foto: IFL Science I
Jakarta -

Para ilmuwan di China baru-baru ini membuat penemuan baru tentang jantung planet kita. Setiap 8,5 tahun, inti Bumi bergetar pada sumbu rotasinya.

Pergeseran ini kemungkinan besar disebabkan oleh ketidakselarasan kecil antara inti dalam dan mantel Bumi hingga lapisan di bawah kerak Bumi, demikian menurut studi baru para peneliti.

Mulai sekitar 2.896 km di bawah permukaan, inti Bumi terbagi menjadi batas luar cair yang berputar-putar dan lapisan dalam yang sebagian besar padat. Wilayah ini ikut bertanggung jawab atas sejumlah dinamika geofisika planet kita, mulai dari lamanya setiap hari hingga medan magnet Bumi yang membantu melindungi umat manusia dari sinar berbahaya yang dipancarkan Matahari.

Kemiringan inti dalam yang baru ditemukan ini pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan bentuk dan gerakan inti cair yang mengarah pada potensi pergeseran medan magnet Bumi, menurut penelitian yang diterbitkan pada 8 Desember 2023 di jurnal Nature Communications.

Untuk lebih memahami cara kerja inti Bumi, para peneliti geofisika yang dipimpin oleh Hao Ding dari Universitas Wuhan, pada tahun 2019 menganalisis pergerakan sumbu rotasi Bumi relatif terhadap keraknya, yang dikenal sebagai rotasi kutub.

Mereka mendeteksi sedikit penyimpangan dalam gerakan kutub yang terjadi kira-kira setiap 8,5 tahun, yang menunjukkan potensi adanya goyangan inti dalam, mirip dengan goyangan gasing yang berputar.

Dalam studi terbaru mereka, Ding dan rekan penulisnya lebih jauh mengkonfirmasi siklus ini dengan mengukur pergeseran kecil panjang hari di seluruh dunia yang dikendalikan oleh pergerakan periodik sumbu rotasi Bumi dan membandingkannya dengan variasi gerakan kutub yang mereka lakukan sebelumnya.

"Data mereka menunjukkan bahwa goyangan ini kemungkinan besar disebabkan kemiringan 0,17 derajat antara inti dalam Bumi dan mantel, yang bertentangan dengan teori rotasi Bumi tradisional yang mengasumsikan bahwa sumbu rotasi inti dalam Bumi dan sumbu rotasi Bumi mantelnya bertepatan," kata Ding seperti dikutip dari Live Science, Selasa (9/1/2024).

Kemiringan ini mungkin menunjukkan bahwa belahan Bumi barat laut dari inti dalam mungkin sedikit lebih padat dibandingkan lapisan lainnya, dan terdapat juga perbedaan kepadatan antara inti dalam dan luar Bumi.

"Studi baru ini membantu membedakan komposisi antara logam di inti padat bagian dalam dan bagian luar yang cair serta memperkirakan arah dan kecepatan goyangan inti bagian dalam," kata John Vidale, profesor ilmu Bumi di University of Southern California.

"Tidak ada apa pun di sini yang dapat menyelamatkan umat manusia. Namun upaya ini menambah landasan dasar untuk memahami planet kita," sambungnya.

Tim peneliti mengesampingkan pengaruh atmosfer, samudera, dan hidrologi yang mungkin menyebabkan penyimpangan gerakan kutub selain goyangan inti dalam. Namun, sulit untuk memastikan bahwa sumber-sumber ini tidak berperan karena diperlukan banyak ahli untuk menyusun analisis yang dilakukan dalam penelitian ini," menurut Vidale.

Ke depan, penemuan ini dapat membantu para peneliti memahami dinamika inti Bumi dan proses yang berdampak pada umat manusia, mulai dari gempa Bumi hingga perubahan medan magnet.



Simak Video "Badan Geologi Ingatkan Potensi Bahaya Gunung Tangkubanparahu"

(rns/fay)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork