Fenomena Astronomi 2024: Gerhana Matahari Total hingga Komet 3 Kali Everest

Rachmatunnisa - detikInet
Sabtu, 06 Jan 2024 22:00 WIB
Fenomena Astronomi 2024: Gerhana Matahari Total hingga Komet 3 Kali Everest. Foto: AP/Natacha Pisarenko
Jakarta -

Para pengamat langit akan mendapat kejutan di tahun ini. Serangkaian keajaiban fenomena alam akan menerangi langit malam dan bisa kalian saksikan.

Pertunjukan utama yang akan memikat ratusan juta orang antara lain Gerhana Matahari Total dan hujan meteor yang spektakuler. Di negara-negara yang jauh dari garis khatulistiwa, aurora yang mempesona diperkirakan akan lebih sering terlihat saat Matahari mendekati titik maksimum Matahari.

Berikut adalah tanggal-tanggal penting fenomena astronomi spektakuler yang layak ditandai di kalender kalian tahun ini, seperti dikutip dari National Geographic.

18 Januari - Jupiter dan Bulan 'Menari' Bersama

Awal 2024 akan dimulai dengan perpaduan dua objek langit yang terang, Bulan dan Jupiter. Planet terbesar di Tata Surya ini akan mendominasi langit sore hari pada tanggal 18 Januari, muncul di samping Bulan sabit yang bersinar.

Jika kalian melewatkannya di Januari, jangan khawatir, karena Jupiter dan Bulan akan bertemu kembali di langit pada 14 Februari, 13 Maret, dan 10 April dalam serangkaian konjungsi yang mengikuti siklus bulanan Bulan mengelilingi Bumi.

Setiap pertunjukan akan memiliki keunikan tersendiri, dengan Bulan menampilkan dirinya dalam berbagai fase dan orientasi di samping planet raksasa ini. Pencinta astronomi perlu melatih teropong membidik Jupiter jika ingin mendapatkan pemandangan empat bulan besar yang berbaris di sampingnya.

8 April - Gerhana Matahari Total

Peristiwa langit utama tahun ini adalah gerhana Matahari total menakjubkan yang akan menggelapkan langit bagi jutaan pengamat di seluruh Amerika Utara karena Bulan menutupi Matahari sepenuhnya.

Jalur total ketika seluruh piringan Matahari tertutupi oleh Bulan, akan melintasi empat negara bagian Meksiko, 15 negara bagian AS yang membentang dari Texas hingga Maine, dan lima provinsi di Kanada di bagian timur negara tersebut.

Durasi totalitas bervariasi di sepanjang jalur, berlangsung hingga empat menit 28 detik di dekat kota Torreón, Meksiko, sementara sebagian besar tempat di tengah jalur akan mengalami kegelapan selama tiga setengah hingga empat menit.

Karena Indonesia tidak bisa menyaksikannya, para penggemar astronomi Tanah Air bisa menyaksikannya lewat live streaming di situs NASA dan sejumlah situs yang mengulas astronomi.

April - Komet Terang Melintas Dekat Bumi

Sebuah komet raksasa berukuran tiga kali Gunung Everest, bernama 12P/Pons-Brooks dengan cepat bergerak menuju bagian dalam Tata Surya.

Komet kriovolkanik, yang sebagian besar terdiri dari es, debu, dan gas, mengalami beberapa ledakan pada tahun 2023, dan mengejutkan para astronom dengan peningkatan kecerahannya yang pesat. Pada bulan Maret, saat komet semakin dekat dengan Matahari, komet tersebut diperkirakan akan mengalami percepatan akibat meningkatnya tarikan gravitasi bintang kita.

Pada bulan April, ia bahkan dapat terlihat dengan mata telanjang tepat setelah Matahari terbenam di langit barat. Diperkirakan pada 12 April, komet tersebut akan tampak berayun di dekat Jupiter yang cemerlang, sehingga lebih mudah untuk dilacak.

Sembilan hari kemudian, pada tanggal 21 April, komet Pons-Brooks akan mencapai titik terdekatnya dengan Matahari dan mungkin mencapai puncak kecerahannya sehingga menjadi salah satu peluang terbaik untuk melihatnya sekilas.

Komet tersebut juga akan terlihat selama gerhana Matahari total 8 April. Jika komet tersebut tampak dekat dengan gerhana Matahari, dan berpotensi terlihat dengan teropong atau bahkan dengan mata telanjang, akan terjadi duet penampakan langit yang langka.

4 Mei - Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids

Penggemar bintang jatuh pasti tidak ingin melewatkan hujan meteor Eta Aquarid pada tahun 2024, karena kondisi langit menjanjikan ideal untuk puncak hujan meteor.

Pemandangan terbaik fenomena ini diperkirakan terjadi pada dini hari tanggal 4 Mei, ketika bulan sabit yang memudar baru akan terbit sebelum fajar, yang berarti langit yang gelap akan memungkinkan para pengamat bintang untuk melihat sekilas bintang jatuh yang paling redup sekalipun.

Pancaran hujan tersebut akan berada di dekat cakrawala tenggara di dalam konstelasi hujan tersebut, Aquarius. Karena lokasinya ini, pertunjukan langit akan lebih jelas terlihat oleh pengamat di belahan Bumi selatan.

Selanjutnya: Puncak Perseid hingga Venus dan Bulan Sabit Bersanding




(rns/agt)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork