Penemuan baru mengungkap dua fosil nyamuk jantan tertua dari yang pernah ditemukan, berusia sekitar 130 juta tahun. Para ilmuwan berkata bahwa dua nyamuk jantan ini terindikasi menghisap darah, yang tentu sangat mengejutkan.
"Penanggalan molekuler menunjukkan bahwa keluarga Culicidae muncul pada zaman Jurassuc, namun yang tertua ada pada pertengahan Kapur. Di sini kita punya satu dari Zaman Kapur Awal, sekitar 30 juta tahun sebelumnya," ujar Andre Nel dari National Museum of Natural History of Paris.
Dikutip detikINET dari Mirage News, Rabu (06/12/2023), penemuan ini datang dari sebuah penelitian yang didukung oleh Nanjing Institute of Geology and Paleontology of the Chinese Academy of Sciences (NIGPAS) dan Lebanese University, dengan Dany Azar sebagai pemimpin peneliti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga Culicidae dari artropoda, termasyuk lebih dari 3.000 spesies nyamuk. Di zaman modern ini, hanya nyamuk betina yang hematofagus, atau nyamuk yang menggunakan mulut penghisapnya untuk mengonsumsi darah manusia maupun binatang.
Hematofag pada serangga diperkirakan berawal dari penggunaan mulut penghisap untuk mengekstrak cairan tanaman. Ini disamakan dengan kutu penghisap darah yang berasal dari serangga mengkonsumsi nektar. Sementara itu, evolusi penghisap darah masih menjadi sesuatu yang sulit untuk dipelajari, mengingat kurangnya penemuan fosil serangga.
Melalui penelitian terbaru ini, para ilmuwan mendeskripsikan dua nyamuk jantan dengan bentuk mulut penghisap yang sangat tajam, mandibula berbentuk segitiga yang sangat panjang, dengan dentikel berukuran kecil. Penemuan ini mengungkapkan bahwa nyamuk jantan di zaman dulu mengkonsumsi darah.
Dua Fosil nyamuk yang diawetkan dengan ambar ini memperdalam pemahaman keluarga nyamuk di Zaman Kapur Awal, serta mengungkap bahwa evolusi hematofag lebih sulit dari yang diperkirakan.
"Di masa depan, kami akan coba mempelajari kegunaan dari memiliki hematofag pada nyamuk jantan di Zaman Kapur, sekaligus kenapa fenomena ini tidak berlangsung lama," ujar Dany Azar.
*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(fyk/fyk)