Gempa berkekuatan 6,8 magnitudo pada Jumat (8/9) pukul 23.11 waktu Maroko mengguncang dengan hebat. Bencana ini menelan lebih dari 2.600 korban jiwa dan diperkirakan masih akan bertambah. Rumah dan bangunan pun hancur tak terhitung jumlahnya.
Gempa susulan meneror wilayah tersebut. Mengapa gempa ini begitu mematikan? Orang sering kali fokus pada besarnya gempa, ukuran, dan seberapa besar energi yang dilepaskan selama pecahnya permukaan Bumi.
"Bagian Afrika Utara ini aktif secara seismik, namun gempa besar jarang terjadi. Dan gempa ini lebih besar dari yang pernah tercatat di kawasan ini," kata Judith Hubbard, ilmuwan gempa di Cornell University, seperti dikutip dari National Geographic.
Besarnya gempa yang terjadi tentu turut berkontribusi terhadap mematikannya bencana tersebut. Namun banyak faktor yang menyebabkan kehancuran tersebut, termasuk fakta sederhana bahwa hal ini terjadi pada malam hari, ketika banyak orang tidak mampu bereaksi cepat dan banyak bangunan di wilayah tersebut tidak dirancang untuk tahan terhadap gempa sekuat itu.
"Batu bata yang tidak diperkuat, seperti batu bata dan mortir, terkenal mudah rusak saat terjadi gempa," kata ahli geologi gempa Wendy Bohon.
"Ini adalah satu lagi pengingat bahwa gempa itu sendiri tidak membunuh manusia, namun bangunanlah yang membunuh," sambungnya.
Ilmuwan memanfaatkan pengetahuan geologi di wilayah tersebut untuk mencari tahu bagaimana gempa terjadi, mengapa gempa sangat mematikan, dan apa yang belum terungkap mengenai kekuatan di balik tragedi ini.
Penelitian semacam ini dapat membantu dunia mempersiapkan diri dengan lebih baik dalam menghadapi gempa besar berikutnya, di mana pun dan kapan pun gempa terjadi.
Ibarat bom di bawah pegunungan
Afrika Utara terletak di lempeng Nubia, juga disebut lempeng Afrika, yang bergerak perlahan terhadap lempeng Eurasia. Maroko dekat wilayah ini, namun tidak berada di perbatasan lempeng tektonik tersebut. Negara ini adalah rumah bagi jaringan patahan aktif yang bervariasi, termasuk banyak patahan yang melintasi pegunungan High Atlas.
Gempa kecil kerap terjadi di kawasan ini, dan pergerakan bertahap di sepanjang batas lempeng ini berarti bahwa gempa besar relatif jarang terjadi.
Ilmuwan sering mengutip dua contoh yang sangat serius di wilayah itu. Pertama, gempa besar pada 1755 di Meknes yang besarnya tidak pasti, menewaskan sekitar 15 ribu orang. Kedua, gempa di Agadir tahun 1960 berkekuatan 5,8 magnitudo, menewaskan 12 ribu orang.
Ahli seismologi di Royal Observatory Belgia Thomas Lecocq menyebutkan, gempa besar dapat menyerang semua jenis jaringan patahan. Ini hanya masalah tekanan dan waktu.
"Ada banyak ketegangan di kerak Bumi di sekitar pegunungan High Atlas. Dan peristiwa ini sepertinya benar-benar melepaskan ketegangan itu," katanya.
Meskipun gempa besar di wilayah tersebut tidak dapat dihindari, lokasi gempa pada hari Jumat (8/9) cukup mengejutkan.
"Sebagian besar kegempaan di Maroko terkait dengan pergerakan di perbatasan antara lempeng Afrika dan Eurasia, dan oleh karena itu tingkat bahaya seismik tertinggi diperkirakan terjadi di bagian utara negara tersebut," kata Jascha Polet, ahli seismologi dan profesor emeritus di California State Polytechnic University Pomona.
Gempa Maroko pada Jumat (8/9) terjadi lebih jauh ke selatan, di wilayah dengan tingkat kegempaan rendah.
Gaya keruntuhan diperkirakan merupakan kombinasi abstrak dari dua jenis. Pertama, terjadi sesar dorong terbalik yang membuat satu blok kerak Bumi berguncang ke atas dan menimpa yang lain. Kedua, sesar mendatar yang membuat satu blok bergerak ke samping terhadap blok yang lain.
Survei Geologi AS menghitung kedalaman 16 mil untuk gempa hari Jumat. Namun, kompleksitas jaringan patahan yang sangat besar di wilayah ini, dan kurangnya survei resolusi tinggi di beberapa wilayah, menyebabkan tidak jelasnya patahan mana yang menjadi penyebabnya.
Data satelit baru yang diperiksa oleh Hubbard telah mengungkapkan di mana, dan bagaimana tanah di wilayah tersebut berubah bentuk akibat gempa. Berdasarkan hal ini, para seismolog menduga bahwa sesar yang paling mungkin pecah adalah sesar Tizi n'Test yang oleh sedikit orang dianggap aktif. Namun masih diperlukan lebih banyak data untuk mengkonfirmasi kesimpulan sementara ini.
Selanjutnya: Kondisi alam dan waktu terjadinya gempa
(rns/rns)