Para peneliti menemukan bahwa wilayah Antartika yang dikenal sebagai Tanggul Laut Amundsen telah kehilangan lebih dari 3 ribu miliar ton es. Yang lebih mengkhawatirkan, hal ini terjadi hanya dalam kurun waktu 25 tahun.
Ini menjadikannya sebagai wilayah yang paling cepat berubah di Antartika dan saat ini merupakan penyumbang terbesar kenaikan permukaan laut dari Lapisan Es Antartika.
Amundsen Sea Embayment terletak di Antartika Barat dan ditemukan pada Februari 1929 oleh Nils Larsen, seorang pemburu paus dan kapten laut Norwegia, yang menamai daerah tersebut dengan Roald Amundsen, seorang penjelajah kutub Norwegia yang terkenal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wilayah ini terdiri dari 20 gletser utama yang berukuran empat kali ukuran Inggris. Ada begitu banyak air yang tertahan di dalam es ini sehingga jika benar-benar mencair ke laut, maka akan menaikkan permukaan laut global lebih dari satu meter.
Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh Dr Benjamin Davison dari University of Leeds, Inggris, telah memperkirakan 'keseimbangan massa' Amundsen Sea Embayment, yang merupakan keseimbangan antara jumlah salju dan es yang diperoleh dari hujan salju dan jumlah yang hilang melalui 'melahirkan anak', yakni proses ketika gunung es memecah gletser dan mengapung ke laut.
Wilayah ini dapat kehilangan massa esnya secara keseluruhan jika 'melahirkan' terjadi lebih cepat daripada hujan salju yang dapat menggantikannya atau jika hujan salju turun ke tingkat yang sangat rendah.
Hasil tim menunjukkan bahwa Embayment mengalami kehilangan bersih sebesar 3.331 miliar ton es antara tahun 1996 hingga 2021, yang mengakibatkan kenaikan permukaan laut lebih dari 9 milimeter di seluruh dunia.
Untuk memberikan gambaran skala, diperkirakan bahwa jika es yang hilang ini ditumpuk, tingginya akan lebih dari 2 kilometer. Menurut pernyataan yang dibuat oleh Dr Davison, Research Fellow di Institute for Climate and Atmospheric Science di Leeds, 20 gletser di Antartika Barat telah kehilangan banyak sekali es selama seperempat abad terakhir dan tidak ada tanda-tanda bahwa prosesnya akan berbalik dalam waktu dekat meskipun ada periode di mana tingkat kehilangan massa sedikit berkurang.
"Para ilmuwan memantau apa yang terjadi di Amundsen Sea Embayment karena peran penting yang dimainkannya dalam kenaikan permukaan laut. Jika permukaan laut naik secara signifikan di tahun-tahun mendatang, ada komunitas di seluruh dunia yang akan mengalami banjir ekstrem," ujarnya.
Tim Davison dapat mengidentifikasi bahwa Amundsen Sea Embayment telah mengalami beberapa peristiwa hujan salju yang ekstrem selama 25 tahun terakhir.
Mereka menggunakan model iklim untuk melihat bagaimana arus udara bergerak di seluruh dunia. Ini mengungkapkan bahwa wilayah tersebut mengalami periode hujan salju lebat dan 'kekeringan salju', atau periode hujan salju kecil.
Model mereka menunjukkan bahwa, antara tahun 2009 hingga 2013, periode panjang hujan salju yang rendah telah menyusutkan lapisan es, berkontribusi sekitar 25% lebih tinggi terhadap kenaikan permukaan laut daripada rata-rata.
Sebaliknya, musim dingin tahun 2019 hingga 2020 mengalami hujan salju lebat, yang menurunkan kontribusinya terhadap kenaikan permukaan laut sekitar setengah dari rata-rata tahun.
"Kami benar-benar terkejut melihat seberapa banyak periode hujan salju yang sangat rendah atau tinggi dapat memengaruhi lapisan es selama periode dua hingga lima tahun, sedemikian rupa sehingga kami pikir mereka dapat memainkan peran penting, meskipun peran sekunder, dalam mengendalikan laju hilangnya es Antartika Barat," tambah Dr Davison.
Dr Pierre Dutrieux, seorang ilmuwan di British Antarctic Survey dan salah satu penulis studi tersebut, menyatakan bahwa perubahan suhu lautan dan dinamika glasial tampak sangat terkait di bagian dunia ini, tetapi karya ini menyoroti variabilitas besar dan proses tak terduga di mana hujan salju juga berperan langsung dalam memodulasi massa gletser.
Gletser baru terungkap
Total kehilangan es dari Amundsen Sea Embayment selama periode penelitian juga terlihat dari berkurangnya Pine Island Glacier, atau disingkat PIG. Kemundurannya menyebabkan gletser anak sungai atau gletser yang lebih kecil yang mengalir ke gletser yang lebih besar dan terlepas.
"Selain menyoroti peran variabilitas hujan salju yang ekstrem pada perubahan massa lapisan es, penelitian ini juga memberikan perkiraan baru tentang seberapa cepat wilayah penting Antartika ini berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut," kata Dr Anna Hogg, salah satu penulis makalah dan Associate Professor di Institute of Climate and Atmospheric Science di Leeds.
"Pengamatan satelit telah menunjukkan bahwa Piglet Glacier yang baru diberi nama, mempercepat kecepatan esnya sebesar 40%, karena PIG yang lebih besar mundur ke tingkat terkecil sejak pencatatan dimulai," tutupnya.
(rns/fay)