Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Menghadapi krisis kelahiran di Jepang dan semakin banyaknya lansia, seorang profesor di Yale University rupanya pernah melontarkan solusi mengerikan yaitu bunuh diri. Pernyataannya itu pun kembali viral karena saat ini, krisis kelahiran di Jepang makin parah.
Seperti dikutip detikINET dari New York Post, Rabu (15/2/2023) Yusuke Narita adalah asisten profesor ekonomi di Yale. Sebagai solusi generasi Jepang yang menua, ia pernah mengemukakan solusi bunuh diri massal pada sebuah wawancara di tahun 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya rasa satu-satunya solusinya cukup jelas. Pada akhirnya, bukankah itu adalah bunuh diri massal dan seppuku massal para orang lansia?" cetusnya.
Seppuku adalah praktik bunuh diri yang populer di abad ke-19 di Jepang, dilakukan oleh para samurai. Video wawancara itu mendadak viral dan Yusuke pun dikecam para netizen di media sosial.
Tahun silam, dia juga menyinggung adegan di film Midsommar di mana diceritakan salah satu anggota sekte melompat dari jurang. "Apakah itu hal baik atau tidak, merupakan pertanyaan yang sulit dijawab. Jadi jika kalian pikir itu bagus, mungkin kalian bisa bekerja keras menciptakan masyarakat seperti itu," katanya kala itu.
Tak hanya itu, dia juga telah membahas tentang eutanasia, memprediksi bahwa kemungkinan menjadikan eutanasia sebagai hal yang wajib di masa depan akan menjadi bagian dari wacana publik.
Dalam pembelaannya, Yusuke mengatakan bahwa komentarnya telah diambil di luar konteks. Dia berkilah sebenarnya merujuk pada upaya untuk mendorong orang tua keluar dari posisi kepemimpinan dalam bisnis dan politik.
"Saya seharusnya lebih berhati-hati tentang potensi konotasi negatifnya," katanya dan menambahkan bahwa bunuh diri massal dan seppuku massal ditujukan sebagai metafora abstrak.
"Setelah beberapa refleksi diri, saya berhenti menggunakan kata-kata itu tahun lalu," tambah Narita.
Di Jepang, sang profesor meraup pengikut di kalangan pemuda yang percaya bahwa kemajuan ekonomi mereka telah dihalangi oleh orang tua yang berkuasa. Biografi Twitter bahasa Jepangnya berbunyi: "Hal-hal yang menurut Anda tidak boleh Anda katakan biasanya benar."
Tentu banyak yang mengkritiknya. "Itu tidak bertanggung jawab. Orang mungkin jadi berpikir. Oh, kakek nenek saya adalah orang yang hidup lebih lama dan kita harus menyingkirkan mereka," kata jurnalis Masaki Kubota.
Kolumnis Newsweek Jepang Masato Fujisaki mengatakan para pendukung Narita kemungkinan percaya para lansia seharusnya mati saja agar tak memberatkan. Beberapa orang khawatir pandangan Yusuke akan makin mendapat daya tarik di negara di mana generasi lebih tua secara tradisional dihormati.
(fyk/fay)