Pesawat Yeti Airlines Jatuh di Nepal Saat Cuaca Cerah, Ini 3 Teorinya
Hide Ads

Pesawat Yeti Airlines Jatuh di Nepal Saat Cuaca Cerah, Ini 3 Teorinya

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 17 Jan 2023 11:00 WIB
Rescue teams work to retrieve bodies from the wreckage at the crash site of an aircraft carrying 72 people in Pokhara in western Nepal January 15, 2023. REUTERS/Krishna Mani Baral NO RESALES. NO ARCHIVES
Teori di balik jatuhnya pesawat Yeti Airlines di Nepal. Foto: Reuters/Krishna Mani Baral
Jakarta -

Pesawat Yeti Airlines jatuh tepat sebelum mendarat di kota Pokhara, Nepal, pintu gerbang ke area pendakian di Himalaya, usai perjalanan 27 menit dari Kathmandu. Setidaknya 69 dari 72 penumpang dipastikan tewas.

Kondisi cuaca saat kecelakaan dilaporkan baik, angin sepoi-sepoi, langit cerah, dan suhu jauh di atas titik beku. Lalu, apa yang mungkin menyebabkan jatuhnya pesawat ATR 72? Berikut beberapa teori yang dikutip detikINET dari Associated Press.

Teori pesawat mengalami stall dan human error

Rekaman video HP dari darat menunjukkan saat terakhir sebelum pesawat jatuh di ngarai, sekitar 1,6 kilometer dari Bandara Internasional Pokhara yang baru dibuka. Hidung pesawat terlihat tinggi sebelum sayap kiri tiba-tiba anjlok dan pesawat jatuh. Itu menunjukkan kemungkinan stall, menurut pilot berpengalaman India, Amit Singh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stall adalah istilah di mana pesawat kehilangan kekuatan untuk mengangkat. "Daya angkat yang dihasilkan tak cukup menopang pesawat dalam penerbangan dan sayap jatuh, pesawat menukik," katanya.

Profesor Ron Bartsch, pakar keselamatan dari Avlaw Aviation Consulting Australia, mengatakan hal senada bahwa pesawat itu kemungkinan mengalami stall. "Saya pikir pesawat itu mengalami stall aerodinamis. Kemungkinan karena kesalahan pilot," katanya.

ADVERTISEMENT

Masalah di pesawat

Pesawat ATR-72 yang celaka itu rilis akhir 1980-an oleh perusahaan patungan Prancis dan Italia. Walau terlibat beberapa kecelakaan mematikan, ATR-72 umumnya memiliki rekam jejak sangat baik. Tentu tak menutup kemungkinan pesawat ini yang jadi biang keladinya.

Alat perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit telah ditemukan di lokasi kecelakaan, tetapi masih perlu dianalisis dengan hati-hati. "Faktor manusia jadi elemen yang dilihat penyelidik untuk melihat apa ada pelatihan tepat atau tidak. Tapi biasanya pesawat tidak jatuh begitu saja dari langit, terutama pesawat modern." kata Bartsch.

Ada kemungkinan beberapa jenis kegagalan teknis di instrumen pesawat memberikan data tidak tepat kepada pilot. Akan tetapi seharusnya jika pelatihannya tepat, masih bisa dikendalikan oleh pilot. "Para pilot harus dilatih menangani kegagalan teknis," katanya.

Halaman selanjutnya, topografi kawasan yang berbahaya>>>

Seorang pilot yang rutin menerbangkan pesawat ATR-72-500 dari India ke Nepal mengatakan topografi kawasan itu, dengan puncak gunung dan lembah sempit, meningkatkan risiko kecelakaan dan terkadang mengharuskan pilot terbang dengan mengandalkan pandangan daripada instrumen.

Pilot, yang tidak ingin diidentifikasi itu menyebut ATR-72-500 sebagai 'pesawat yang tak kenal ampun' jika pilot tidak terlalu terampil dan akrab dengan medan dan angin di kawasan itu.

Masalah di bandara atau serangan burung

Dengan 8 dari 14 gunung tertinggi dunia, Nepal memiliki sejarah buruk kecelakaan udara. Menurut Safety Matters Foundation, terjadi 42 kecelakaan pesawat fatal di Nepal sejak 1946. Topografi kejam dan cuaca beragam adalah tantangan utama. Selain itu, laporan mengatakan kecelakaan rentan terjadi di bandara yang memiliki landasan pacu pendek, sebagian besar disebabkan kesalahan pilot.

Bandara di Pokhara, tujuan wisata populer sebagai pintu gerbang ke pegunungan Annapurna, berada di ketinggian sekitar 820 meter (2.700 kaki). Menjelang pembukaan bandara dua minggu lalu, ada kecemasan soal jumlah burung di daerah tersebut dapat membuatnya semakin berbahaya.

Jika pesawat mengalami serangan burung saat akan mendarat, kemungkinan akan mendorong pilot untuk menghentikan upaya pendaratan, yang juga dapat menyebabkan stall. "Putar balik adalah yang paling sering salah ditangani oleh pilot," cetus Singh.