Berbicara mengenai peralihan dari bahan bakar minyak (BBM) berbasis fosil ke energi hijau mungkin membuat cemas sebagian masyarakat. Apakah kita bisa 100% meninggalkan BBM? Apa yang terjadi kalau kita beralih ke energi terbarukan yang lebih hijau?
Guru Besar Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Deendarlianto dalam 'Eureka! Edisi 9: Selamat Tinggal BBM', Senin (26/9), memberikan gambaran kondisi seperti apa jika kita beralih dari BBM ke energi terbarukan. Ia menyebutkan bahwa kita saat ini sudah berproses untuk benar-benar lepas dari bahan bakar fosil.
"BBM itu kan bahan bakar minyak ya, ada dalam dua bentuk. Yang pertama solar, dan juga dalam bentuk dalam bahasa sederhananya bensin. Sekarang, dengan perkembangan teknologi yang ada serta sumber daya yang ada di Indonesia serta di beberapa negara luar seperti Brasil, mereka totally sudah bisa meninggalkan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak," ujar Profesor Deen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bisakah Kita 100% Lepas dari BBM? |
Ia memberikan contoh, untuk bisa menggantikan solar, kita bisa menggunakan biodiesel seperti B10, B20, B30, dan B100. Saat ini pemerintah Indonesia sudah mencanangkan penggunaan biodiesel tersebut.
"Dan kita hidup di negara khatulistiwa dimana proses pembusukan dari tumbuhan berlangsung dengan cepat dan tanahnya juga subur sehingga banyak hal yang bisa kita gunakan dalam mengganti ketergantungan kita terhadap solar seperti sawit," sebutnya.
Selain mengubah sawit menjadi biodiesel, lanjut Profesor Deen, kita juga bisa mengubah mikro alga (ganggang) menjadi minyak alga dan menjadi pengganti solar ke depannya.
"Ingat juga bahwa kita berada di daerah kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia dan tentu saja proses kultivasi dari alga untuk bisa dimanfaatkan menjadi biosolar atau biodiesel itu sangat besar," yakinnya.
Ia menambahkan, untuk bisa menggantikan peran bensin, ada A10, A20, atau A30, yakni ethanol yang dicampur dengan methanol. Sumber energi ini menurutnya bisa digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bensin.
"Ethanol kita bisa menghasilkan dari tebu, bisa juga kita hasilkan dari ketela. Banyak negara seperti di Brasil sudah bisa melakukan migrasi untuk itu secara total. Jadi ethanol dicampur dengan methanol diharapkan bisa menggantikan peran bensin," jelasnya.
Profesor Deen tak memungkiri bahwa peralihan dari BBM ke energi hijau tentunya akan ada goncangan sosial di masyarakat. Menurutnya itu hal yang wajar jika terjadi sebuah perubahan.
"Namanya hidup ya perubahan itu sendiri kan. Tidak ada hidup yang statis, namun perubahan itulah yang menjadi bagian dari hidup kita sendiri. Jadi tidak ada yang pasti, yang pasti hanya ada perubahan tersebut," tutupnya.
(rns/rns)