Meski dipilih sebagai target, Dimorphos sebenarnya bukan asteroid yang membahayakan Bumi. Asteroid ini dipilih karena bagian dari sistem biner dan mengorbit Didymos setiap 11 jam dan 55 menit, cukup singkat sehingga perubahan di orbitnya akan langsung terdeteksi teleskop di Bumi.
Setelah tabrakan ini, tugas NASA belum selesai. Puluhan teleskop yang ada di Bumi sekarang akan mengawasi Dimorphos dan Didymos selama beberapa bulan ke depan untuk melihat dampak tabrakan tersebut kepada orbit Dimorphos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
NASA meluncurkan misi senilai Rp 4,9 triliun itu untuk mengetahui apakah manusia bisa mengubah arah asteroid. Jika berhasil, cara ini akan menjadi salah satu solusi untuk melindungi Bumi dari ancaman asteroid berbahaya seperti yang memusnahkan dinosaurus 66 juta tahun silam.
"Ini merupakan penyelesaian yang sukses dari bagian pertama uji coba pertahanan planet pertama di dunia," kata Administrator NASA Bill Nelson, seperti dikutip dari Engadget.
"Saya yakin ini akan mengajari kita bagaimana cara melindungi planet kita sendiri dari asteroid yang akan datang suatu saat nanti. Kami menunjukkan bahwa pertahanan planet adalah upaya global dan sangat mungkin untuk menyelamatkan planet kita," sambungnya.
Dalam beberapa minggu ke depan, puluhan teleskop yang ada di Bumi akan mengawasi efek tabrakan tersebut. Tim DART juga akan sibuk menganalisis semua data yang dikumpulkan oleh impactor dan kamera sebelum kematian wahana antariksa tersebut.