Hunga Tonga-Hunga Ha'apai mengalami erupsi pada Januari 2022. Erupsi gunung berapi bawah air ini bahkan sampai menimbulkan tsunami dan badai di lapisan atmosfer Bumi. Penelitian mengungkap, kedahsyatan erupsi Hunga Tonga sama dengan kejadian erupsi Gunung Krakatau di 1883.
Gunung berapi terakhir yang menghasilkan riak besar di atmosfer adalah Krakatau pada tahun 1883. Krakatau sendiri dikenal sebagai salah satu letusan gunung berapi paling merusak dalam sejarah. Letusan Hunga Tonga memiliki energi yang sebanding dengan 4 hingga 18 megaton ledakan TNT, atau lebih dari 100 bom skala Hiroshima yang meledak sekaligus.
"Peristiwa gelombang atmosfer ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan geofisika modern," kata penulis pertama Robin Matoza, seorang profesor di Department of Earth Science, University of California, Santa Barbara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Science baru-baru ini, mengungkapkan bahwa denyut tekanan yang dihasilkan oleh gunung berapi Tonga sebanding amplitudonya dengan letusan Krakatau tahun 1883 dan urutan besarnya lebih besar daripada letusan Gunung St. Letusan Helen. Semakin tinggi amplitudo suatu gelombang, semakin kuat gelombang tersebut.
Studi kedua yang juga diterbitkan di Science menunjukkan bahwa denyut yang kuat ini tidak hanya mengguncang atmosfer, tetapi juga mengirimkan riak-riak di lautan.
Faktanya, gelombang atmosfer menghasilkan meteotsunami (tsunami akibat badai) kecil yang bergerak cepat. Itu berarti, meteotsunami bisa mencapai pantai beberapa jam sebelum tsunami konvensional yang digerakkan oleh seismik akibat ledakan gunung berapi.
Seberapa besar tinggi tsunami 'pendahulu' ini, bisa beberapa cm atau lebih dibandingkan tsunami konvensional. Akan tetapi, ini tergantung berdasarkan lokasi, jabar Kubota. Demikian melansir Science Alert
(ask/afr)