Dalam beberapa hari terakhir, warga Jabodetabek merasakan cuaca panas, bahkan gerah meskipun malam hari. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan orang tak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi tentang "gelombang panas di Indonesia" lewat pesan berantai di WhatsApp.
Dalam pesan berantai yang beredar di berbagai media sosial dan WhatsApp, disebutkan bahwa cuaca panas dalam beberapa minggu terakhir adalah dampak gelombang panas yang tengah melanda Indonesia.
Disebutkan bahwa cuaca yang sangat panas di sejumlah wilayah di Indonesia, menyebabkan suhu di siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius. Masyarakat juga dianjurkan menghindari minum es atau air dingin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jangan khawatir, informasi ini hoax belaka. Pesan berantai tentang "gelombang panas di Indonesia" bukan pertama kalinya muncul. Informasi ini kerap disebarkan lagi ketika cuaca panas.
Oktober tahun lalu, ketika situasi serupa terjadi, pesan ini juga sempat menghebohkan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat itu telah mengonfirmasi bahwa informasi tersebut tidak benar dan meminta masyarakat jangan panik.
Penyebab Suhu Panas Sepekan Terakhir
Adapun penyebab suhu panas yang menyelimuti Jabodetabek dalam sepekan terakhir, disebutkan BMKG adalah karena Indonesia saat ini sedang memasuki musim pancaroba atau peralihan musim hujan ke kemarau.
Tidak hanya di wilayah Jabodetabek, musim pancaroba juga terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia terutama wilayah Jawa-Bali-Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia yang berada di wilayah selatan ekuator pada periode April-Mei. Sedangkan sebagian lainnya masih ada yang mengalami periode basah/hujan.
"Umumnya, pada periode pancaroba atau menjelang musim kemarau, kondisi cuaca terutama pada pagi hari didominasi dengan kondisi cuaca cerah dan tingkat awan yang sangat rendah dapat menyebabkan terjadi suhu yang cukup panas dan terik pada siang hari dengan potensi hujan yang disertai kilat/petir," kata Koordinator Bidang Cuaca dan Peringatan Dini BMKG Miming Saefudin dikutip dari CNN Indonesia, Senin (9/5/2022).
"Hal ini dapat terjadi karena minimnya tutupan awan di wilayah Jabodetabek pada pagi hari sehingga terjadi pemanasan radiasi Matahari maksimal hingga di permukaan. Lalu pada siang-sore hari umumnya akan terbentuk awan-awan dan dapat terjadi hujan," imbuhnya.
Lebih lanjut dijelaskan Miming, selain peralihan musim atau pancaroba, fenomena cuaca panas yang terjadi belakangan di beberapa wilayah terakhir disebabkan posisi Matahari sudah berada ke arah wilayah utara ekuator.
"Atau tepatnya di sekitar lintang 14 derajat dan masih bergerak ke utara hingga Juni mendatang yang mengindikasikan bahwa puncak musim kemarau mulai berlangsung di wilayah Indonesia secara umum," ujarnya.
"Suhu maksimum per hari kemarin ada yang terukur hingga 35-36 derajat Celcius," sebut Miming.
Selain Jakarta, wilayah yang sedang mengalami pancaroba adalah Pulau Jawa-Bali hingga Nusa Tenggara. Wilayah-wilayah tersebut diprakirakan memiliki kondisi cuaca cerah pada siang disertai suhu cukup terik pada siang hari sehingga harus tetap diwaspadai. Secara umum kondisi cuaca panas dapat terjadi hingga pertengahan Mei.