Jakarta -
Rukyat hilal penentuan awal Syawal akan dilakukan pada 29 Ramadan 1443 H yang jatuh pada hari Minggu, 1 Mei 2022. Bagaimana potensi keterlihatan hilal awal bulan Syawal 1443 H atau Lebaran 2022 baik secara global maupun Indonesia?
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang lewat situs Edukasi Sains Antariksa BRIN menjelaskan, ijtimak (konjungsi) atau fase bulan baru awal Syawal 1443 H jatuh pada Sabtu, 30 April 2022 pukul 20.27.57 Universal Time atau Minggu, 1 Mei 2020 pukul 03.27.57 WIB.
Sedangkan Amerika Utara dan Selatan mengalami konjungsi sebelum Matahari terbenam pada 30 Mei 2022. Sementara itu, Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru mengalami konjungsi keesokan harinya pada 1 Mei 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gambar di bawah adalah peta ketinggian hilal awal bulan Syawal untuk pengamatan pada Sabtu, 30 April 2022 petang hari di seluruh dunia.
 Foto: BRIN |
Terlihat bahwa dari peta di atas, Bulan masih di bawah ufuk untuk Kanada bagian timur, Brasil bagian Timur, Suriname, Guyana Prancis, Eropa, Afrika, Asia, Australia dan Selandia Baru pada petang 30 April 2022. Sedangkan untuk Amerika Utara dan sebagian besar Amerika Selatan ketinggiannya bervariasi antara -1 hingga +1 derajat.
Dikarenakan ketinggian Bulan cukup rendah di dekat ufuk, Bulan sulit untuk diamati baik dengan maupun tanpa alat bantu meskipun sudah di atas ufuk, sehingga kemungkinan hilal baru dapat disaksikan keesokan petangnya yakni pada 1 Mei 2022.
 Foto: BRIN |
Dari peta di atas, ijtimak terjadi setelah fajar/subuh astronomis di Selandia Baru. Terlihat dari Selandia Baru, Papua Nugini, Oseania, dan sebagian kecil Australia yang sudah mengalami Matahari terbit saat ijtimak. Sementara itu, di Chili dan Argentina sedang mengalami gerhana Matahari sebagian. Beberapa jam setelahnya saat petang hari, ketinggian hilal di Chili dan Argentina cukup rendah bahkan dekat dengan ufuk sehingga kemungkinan hilal sulit diamati di kedua negara tersebut.
"Jika ijtimak terjadi setelah fajar/subuh astronomis di Selandia Baru, maka tidak ada negara manapun yang memenuhi ketinggian Bulan 5 derajat dan elongasi Bulan-Matahari 8 derajat. Sehingga, menurut kriteria Kalender Islam Global atau Rekomendasi Istanbul 2016, 1 Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin, 2 Mei 2022," terang Andi.
Berikut ini peta visibilitas hilal awal bulan Syawal 1443 H pada 1 Mei 2022 petang hari untuk seluruh dunia:
 Foto: BRIN |
Dari peta di atas, terlihat bahwa sebagian besar Asia Tenggara, Jepang, Korea, China memenuhi elongasi geosentrik (diukur dari pusat Bumi) sebesar 6,4 derajat. Akan tetapi, wilayah tersebut belum memenuhi elongasi toposentrik (diukur dari permukaan Bumi) sebesar 6,4 derajat. China memenuhi elongasi geosentrik 8 derajat untuk seluruh wilayah, akan tetapi belum memenuhi elongasi toposentrik 8 derajat untuk wilayah barat laut seperti Urumqi/Xinjiang.
Selanjutnya: Potensi Hilal Lebaran di Asia Tenggara dan Indonesia >>>
Simak juga Video: 11 Ribu Pemudik Turun di Stasiun Wilayah PT. KAI Daop 6 Yogyakarta
[Gambas:Video 20detik]
Sebagian besar Asia Tengah dan Asia Selatan sudah memenuhi elongasi geosentrik 8 derajat, akan tetapi seluruh wilayah Asia Tengah dan Asia Selatan belum memenuhi elongasi toposentrik 8 derajat. Timur Tengah, Eropa, dan Afrika (kec. Afrika Selatan) sudah memenuhi elongasi toposentrik 8 derajat. Bahkan beberapa wilayah seperti Afrika bagian barat, Portugal, dan Spanyol sudah memenuhi elongasi geosentrik 10,5 derajat (meskipun belum memenuhi elongasi toposentrik 10,5 derajat), sehingga ada kemungkinan hilal dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu di wilayah tersebut.
Wilayah Amerika Utara dan Amerika Selatan sudah memenuhi elongasi 10,5 derajat baik geosentrik maupun toposentrik. Sehingga kemungkinan hilal dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu di wilayah tersebut, meskipun ketinggian hilal di Chili dan Argentina bervariasi antara 2 hingga 8 derajat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, 1 Syawal 1443 H di sebagian besar wilayah dunia akan jatuh pada hari Selasa, 2 Mei 2022.
Meskipun demikian, beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan kemungkinan akan berhari raya berbeda dengan dunia pada umumnya. Berikut ini adalah kontur elongasi 6,4 derajat untuk empat kondisi: (a) Toposentrik saat Matahari terbenam, (b) Toposentrik saat pengamatan waktu terbaik (=Matahari terbenam +4/9 x lama Bulan di atas ufuk), (c) Toposenrik saat Bulan terbenam, dan (d) Geosentrik saat Matahari terbenam:
 Foto: BRIN |
Berdasarkan peta di atas, pada kondisi (a) kontur elongasi 6,4 derajat tidak melewati Sabang melainkan Pulau Nikobar Besar di Kep. Nikobar, India. Garis ini kemudian melewati Myanmar, China, Mongolia, dan Rusia, sehingga seluruh Indonesia sebenarnya tidak memenuhi elongasi toposentrik 6,4 derajat saat Matahari terbenam. Beberapa menit setelahnya, pada kondisi (b) kontur elongasi 6,4 memotong bagian barat laut Provinsi Aceh, sehingga wilayah seperti Sabang, Banda Aceh, dan Aceh Besar sudah memenuhi elongasi toposentrik 6,4 derajat saat pengamatan waktu terbaik.
Ketika Bulan terbenam, pada kondisi (c) kontur elongasi 6,4 derajat melewati Gunung Sitoli, Sibolga, hingga Tebing Tinggi. Kemudian, garis ini melewati Thailand (bergeser ke Timur), China, Mongolia, Rusia. Sehingga seluruh provinsi Aceh dan sebagian besar provinsi Sumatra Utara (termasuk kota Medan) sudah memenuhi elongasi toposentrik saat Bulan terbenam.
Dengan demikian, elongasi toposentrik 6,4 derajat dapat dicapai di bagian barat laut Indonesia (seperti Aceh dan Sumatra Utara) setelah Matahari terbenam hingga Bulan terbenam. Meskipun begitu, negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Vietnam, Laos, dan Kamboja tidak memenuhi elongasi toposentrik 6,4 setelah Matahari terbenam hingga Bulan terbenam. Sehingga, ada kemungkinan di negara-negara tersebut menetapkan 1 Syawal jatuh pada Selasa, 3 Mei 2022.
Ketika Matahari terbenam, pada kondisi (d) kontur elongasi 6,4 membelah pulau Sulawesi hingga ke perbatasan Nusa Tenggara Barat dengan Nusa tenggara Timur. Sehingga, untuk wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Barat sudah memenuhi elongasi geosentrik 6,4 derajat. Demikian juga untuk negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar sudah memenuhi elongasi geosentrik 6,4 derajat. Kontur 6,4 derajat ini juga melewati China, Korea, Jepang, sehingga jika di kedua negara melakukan pengamatan hilal secara mandiri (tidak mengikuti keputusan MABIMS), maka di kedua negara ini sudah memenuhi elongasi geosentrik 6,4 derajat.
"Sehingga, sebenarnya seluruh Asia Tenggara dapat berhari raya pada hari Senin, 2 Mei 2022 sebagaimana di sebagian besar wilayah di dunia. Meskipun demikian, kita tetap harus menunggu hasil sidang isbat yang ditetapkan Kementerian Agama Republik Indonesia selaku otoritas tunggal dalam penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah di Indonesia," tutup Andi.