Puasa di Negara yang Matahari Bersinar 24 Jam, Kapan Bukanya?
Hide Ads

Eureka!

Puasa di Negara yang Matahari Bersinar 24 Jam, Kapan Bukanya?

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 20 Apr 2022 12:19 WIB
Terik matahari
Foto: Thinkstock
Jakarta -

Umat muslim berpuasa sejak Matahari terbit hingga terbenam selama Ramadan. Tapi bagaimana dengan muslim yang berada di negara-negara yang mengalami midnight sun, di mana Matahari bersinar tanpa henti?

Untuk diketahui, setiap tempat di Bumi memiliki rentang waktu siang dan malam yang berbeda. Karena itulah umat Muslim di dunia akan berpuasa dengan jangka waktu berbeda pula. Muslim di negara yang mengalami midnight sun seperti Norwegia, menghadapi tantangan tersendiri terkait hal ini.

Midnight sun atau Matahari tengah malam adalah fenomena alam yang terjadi saat Matahari masih terlihat, padahal waktu setempat sudah menunjukkan saatnya malam hari. Hal ini terjadi apabila cuaca cerah pada bulan-bulan musim panas di bagian utara Lingkar Arktik dan pada bulan-bulan musim dingin di bagian selatan Lingkar Antartika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Norwegia ada garis namanya Arctic Line, di mana di atas Arctic Line ada hari di mana Matahari akan terus terlihat. Wilayahku di bawah (Arctic Line) jadi aku nggak ngalamin. Tapi tetap saja saat puncak summer, aku merasakan di luar itu selalu terang. Seperti sore walaupun sudah jam 12 malam bahkan jam 1 pagi," cerita Genesia Wahyu Saputro, WNI yang sedang berkuliah di Norwegian University of Science and Technology, saat live streaming Eureka! 'Puasa di ujung Bumi Utara & Selatan'.

Menjalankan Ramadan di Norwegia, Genesia pun mengikuti sejumlah acuan cara berpuasa dalam kondisi seperti itu. Karena tidak mungkin kaum Muslim berpuasa terus menerus tanpa berbuka.

ADVERTISEMENT

"Matahari nggak terbenam terus kapan buka puasanya? Ada beberapa mazhab atau acuan yang digunakan untuk memudahkan. Di sini ada tiga: jam lokal yang sesuai jam Matahari meskipun akan disesuaikan jika ada kasus (midnight sun) seperti tadi, jam fishing time digunakan di daerah-daerah 45 derajat lintang utara ke atas, ada juga yang namanya waktu lokal Makkah di mana kita narik garis lurus dari Mekkah ke daerah lalu jamnya disesuaikan," urainya.

Dampak midnight sun

Midnight sun berdampak durasi siang menjadi lebih panjang, bahkan Matahari bisa bersinar selama 24 jam. Bagi WNI yang terbiasa mendapat cukup cahaya Matahari dan waktu malam masing-masing 12 jam, hal ini tentu berdampak pada tubuh dan psikologis.

"Matahari itu memang sangat penting efeknya ke badan. Ketika Matahari bersinar terus menerus, kalau tidur kadang suka ada cahaya dari luar jendela membuat tubuh kita merasa 'oh udah siang' atau 'oh belum malam'. Kita pakai gorden sangat tebal agar Matahari tidak tembus, meski kadang masih terlihat (cahaya). Jadi badan merasa kaya belum tidur, agak sulit mengatur jam biologis dalam tubuh kita," kata Genesia.

Hal sebaliknya terjadi saat musim dingin. Jika musim panas durasi langit terang begitu panjang, maka ketika musim dingin durasi langit gelapnya terjadi sangat lama.

"Saat winter ada beberapa kasus orang-orang merasa mulai nggak enak badan karena kekurangan vitamin D. Karena Matahari saat winter terbit jam 9 pagi dan sudah terbenam jam 3 sore. Orang-orang misalnya bekerja atau kuliah berangkat jam 7 pagi pulang jam 4 sore jadi nggak kena Matahari. Itu pengaruh ke kondisi tubuh dan mental," tutupnya.




(rns/fay)
Berita Terkait