Apple masih berjaya. Harga sahamnya sangat tinggi, iPhone laris di mana-mana. Akan tetapi saat ini, perusahaan tersebut masih belum dapat menghilangkan persepsi bahwa mereka kurang berinovasi, terutama di sektor AI.
Analis Wedbush, Daniel Ives, bahkan berpendapat bahwa strategi AI Apple dapat menciptakan 'momen BlackBerry' bagi perusahaan dan CEO-nya, Tim Cook. Ia khawatir Apple berpuas diri sementara gelombang kecerdasan buatan mencengkeram Silicon Valley.
Perbandingan ini mungkin terlalu jauh. BlackBerry mencapai puncaknya pada kapitalisasi pasar USD 83,5 miliar tahun 2008 dan Apple sudah sekitar dua kali lipatnya saat itu. Kini, BlackBerry bernilai USD 2 miliar sementara Apple bernilai USD 3,3 triliun. Namun cerita di dunia teknologi dipenuhi raksasa teknologi yang tumbang setelah sangat jaya, seperti BlackBerry, Nokia, sampai Kodak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apple jelas bukan pelopor dalam revolusi AI, yang menurut Ives dipimpin rekan-rekan Big Tech seperti Alphabet, Google dan Microsoft yang fokus monetisasi tren teknologi terbesar dalam 40 tahun terakhir. "Sementara itu Apple seperti sedang duduk di bangku taman sambil menikmati limun menyaksikan inovasi teknologi ini mengubah dunia," kata Ives yang dikutip detikINET dari Market Watch.
Padahal Apple memiliki keunggulan kompetitif karena punya basis konsumen terbesar dunia, dengan 2,4 miliar perangkat iOS dan 1,5 miliar iPhone yang digunakan secara global. Menurutnya, Apple tak memanfaatkan asetnya dengan baik.
"Sangat jelas bahwa inovasi AI tidak terjadi di dalam Apple Park karena kurangnya inovasi dan terus-menerus kehilangan talenta AI," tulis Ives. Ives memaparkan tiga saran untuk membuktikan Apple bisa bersaing dalam hal AI.
Pertama, Apple harus mengakuisisi startup mesin pencari AI Perplexity sebelum terlambat. Itu dapat membantu perusahaan mendefinisikan ulang strategi AI dan meningkatkan asisten suara Siri. Perplexity memiliki beberapa algoritma dan teknologi AI paling mengesankan. Apple mungkin harus membayar sekitar USD 30 miliar, tapi uang itu akan sangat kecil dibanding peluang monetisasi yang dapat dicapai.
Dalam laporan keuangan Apple awal bulan ini, Cook tidak menampik kemungkinan akuisisi AI di masa mendatang. "Pada dasarnya, kami bertanya pada diri sendiri apakah sebuah perusahaan dapat membantu kami mempercepat peta jalan kami. Jika ya, maka kami tertarik," cetus Cook.
Ives juga berpendapat Apple harus fokus menarik talenta dan manajemen AI meski harus membayar lebih untuk mendatangkan eksekutif teknologi dari luar. Ives yakin Cook akan terus memimpin perusahaan setidaknya hingga 2030 tapi perlu melakukan perubahan pada jajaran di bawahnya.
Kemudian menurutnya, Apple perlu kolaborasi erat dengan Google, misalnya mengintegrasikan sepenuhnya Gemini AI Google ke ekosistem iPhone.
"Waktu tidak berpihak pada Apple dan mereka perlu mengambil beberapa langkah besar sekarang, dan memperkuat kemitraan dengan Google adalah langkah yang tepat," kata Ives.
(fyk/fay)