Ledakan Meteor Misterius di Langit Papua Nugini
Hide Ads

Ledakan Meteor Misterius di Langit Papua Nugini

Virgina Maulita Putri - detikInet
Sabtu, 16 Apr 2022 10:00 WIB
This Bright Leonid Fireball Is Shown During The Storm Of 1966 In The Sky Above Wrightwood, Calif. The Leonids Occur Every Year On Or About Nov. 18Th And Stargazers Are Tempted With A Drizzle Of 10 Or 20 Meteors Fizzing Across The Horizon Every Hour. But Every 33 Years A Rare And Dazzling Leonids Storm Can Occur But, Astronomers Believe The 1999 Edition Of The Leonids Probably WonT Equal 1966, Which Peaked At 144,000 Meteors Per Hour. (Courtesy Of  (Photo By Nasa/Getty Images)
Meteor Asing Pernah Meledak di Langit Papua Nugini Tahun 2014 Foto: Getty Images/NASA
Jakarta -

Bola api yang meledak di langit Papua Nugini pada tahun 2014 ternyata bukan objek antariksa biasa. Objek misterius itu ternyata meteor yang berasal dari sistem bintang lain alias interstellar.

Meteorit yang meledak di timur laut Papua Nugini pada 18 Januari 2014 itu dikenal dengan nama CNEOS 2014-01-18 . Ukurannya sangat kecil, hanya 45 cm, tapi saat memasuki Bumi kecepatannya mencapai 210.000 km/jam - jauh melebihi kecepatan rata-rata meteor yang mengorbit di tata surya.

Temuan ini dilaporkan dalam penelitian oleh dua peneliti dari Harvard University, Amir Siraj dan Avi Loeb, yang diterbitkan di Arxiv pada tahun 2019. Penelitian itu berargumen bahwa kecepatan meteor dan lintasan orbitnya 99% membuktikan bahwa objek tersebut berasal dari luar tata surya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski hampir sepenuhnya yakin, penelitian tersebut tidak pernah melewati proses penilaian sejawat atau diterbitkan di jurnal ilmiah karena beberapa data yang dibutuhkan untuk memverifikasi perhitungan mereka ditahan oleh pemerintah Amerika Serikat karena tergolong data rahasia.

Kini temuan Siraj dan Loeb telah dipastikan oleh peneliti dari U.S. Space Command (USSC). Dalam memo tertanggal 1 Maret dan dibagikan di Twitter pada 6 April, Letnan Komandan USSC John E. Shaw menulis bahwa analisis tersebut cukup akurat untuk mengonfirmasi lintasan interstellar.

ADVERTISEMENT

Artinya, CNEOS 2014-01-18 merupakan objek interstellar pertama yang pernah dideteksi di tata surya kita. Penemuan objek ini mendahului penemuan Oumuamua, objek berbentuk cerutu sempat membuat heboh saat ditemukan pada tahun 2017.

Sama seperti meteorit tersebut, Oumuamua juga bergerak dengan sangat cepat sehingga mudah dikenali sebagai objek interstellar. Bedanya, keberadaan Oumuamua dideteksi jauh dari Bumi dan sudah dalam perjalanan keluar dari tata surya.

Karena ukurannya yang sangat kecil, sebagian besar dari meteorit tersebut sudah terbakar di atmosfer. Ada kemungkinan serpihan dari objek tersebut mendarat di perairan Samudera Pasifik dan langsung tenggelam ke dasar laut, seperti dikutip dari Science Alert, Sabtu (16/4/2022).

Meski mencari serpihan kecil di lautan luas terbilang sangat sulit, Siraj mengatakan bahwa ia sudah berkonsultasi dengan ahli tentang kemungkinan meluncurkan ekspedisi untuk menemukan objek bersejarah tersebut.

"Kemungkinan mendapatkan bagian pertama dari material interstellar saja sudah cukup menarik untuk memeriksa ini dengan sangat teliti dan berdiskusi dengan semua pakar dunia tentang ekspedisi laut untuk menemukan meteorit," kata Siraj.




(vmp/fyk)