Isu bayi hasil rekayasa genetika di China kembali mencuat lantaran ilmuwan 'sang pencipta' bayi-bayi ini, He Jiankui, segera dibebaskan dari penjara. Lalu bagaimana nasib bayi rekayasa gen tersebut?
Di 2018, Jiankui bereksperimen dengan teknologi CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palyndromic Repeats) untuk memodifikasi embrio manusia dan membuatnya tahan dari virus HIV. Eksperimen ini berujung pada kelahiran kembar, Lulu, Nana, dan Amy.
Alih-alih mendapat pengakuan atau pujian atas eksperimennya ini, para ilmuwan baik di China maupun dari seluruh dunia, mengutuk penelitian Jiankui. Dia pun dijebloskan ke penjara di tahun 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dimitri Perrin, dosen senior di Queensland University of Technology dan Gaetan Burgio, ahli genetika dari The John Curtin School of Medical Research, Australian National University, menjelaskan bahwa CRISPR adalah sebuah teknik yang memungkinkan para ilmuwan mengedit secara tepat untuk tiap DNA dengan cara mengubah urutannya.
Ketika menggunakan CRISPR, kita dapat mencoba untuk 'menghancurkan' gen dengan mengubahnya menjadi tidak aktif atau mencoba untuk mencapai modifikasi tertentu, seperti memperkenalkan DNA baru atau menghapus bagian DNA yang diinginkan.
Kegagalan Modifikasi
Dikutip dari The Conversation, Jiankui dan koleganya menargetkan mendapatkan hasil gen yang disebut CCR5. Gen ini sangat penting bagi virus HIV untuk masuk ke dalam sel darah putih (limfosit) dan menginfeksi tubuh manusia.
Salah satu varian CCR5, yaitu CCR5 Ξ32, tidak memiliki susunan kombinasi 32 huruf pada kode DNA. Varian ini secara alami terjadi pada populasi manusia dan menghasilkan tingkat resistensi yang tinggi terhadap jenis HIV yang paling umum.
Jiankui dan timnya ingin membuat ulang mutasi ini pada embrio manusia dengan menggunakan CRISPR dalam upaya membuat DNA manusia kebal terhadap infeksi HIV.
Tapi proses ini tidak berjalan baik seperti yang direncanakan, dan ada beberapa langkah yang memungkinkan mereka gagal dalam penelitian. Pertama, terlepas dari klaim mereka yang tidak dipublikasikan, mereka menyatakan telah memproduksi ulang mutasi CCR5 manusia, padahal pada kenyataannya mereka hanya berusaha memodifikasi CCR5 dekat dengan mutasi Ξ32.
Akibatnya, mereka malah menghasilkan mutasi berbeda yang efeknya tidak diketahui. Hasil mutasi ini mungkin atau mungkin saja tidak memberikan resistensi terhadap HIV dan mungkin saja atau mungkin tidak memiliki konsekuensi lain.
Yang mengkhawatirkan, mereka tidak menguji coba ini lebih dulu dan malah langsung menanamkan gen ini pada embrio. Tindakan ini tidak bisa dibenarkan.
Lulu, Nana, Amy Jadi Organisme Mosaik
Sumber kesalahan kedua terjadi karena penyuntingan gen tidak sepenuhnya efisien. Ini berarti bahwa tidak semua sel pada embrio perlu diedit. Sebuah organisme disebut 'mosaik' ketika memiliki campuran sel yang telah diedit dengan yang tidak diedit.
Meskipun data yang tersedia masih terbatas, tampaknya bayi-bayi tersebut merupakan organisme mosaik. Hal ini membuat Lulu, Nana, dan Amy makin kecil kemungkinannya menjadi bayi hasil pengeditan gen yang tahan terhadap infeksi HIV.
"Bisa dibilang twist terbesar dari eksperimen ini adalah kesalahan. Ternyata bayi yang terlibat (Lulu, Nana, Amy), sama sekali tidak dikaruniai gen yang diedit dengan rapi," tulis laporan yang dikutip dari BBC Future, Rabu (16/3/2022).
"Tidak hanya mereka tidak harus kebal terhadap HIV, mereka telah secara tidak sengaja diberkahi dengan versi CCR5 yang seluruhnya dibuat. Mereka kemungkinan tidak ada dalam genom manusia lain di planet ini. Namun, perubahan seperti itu dapat diwariskan. Mereka dapat diturunkan kepada anak-anak mereka dan seterusnya," demikian laporan itu menyebutkan.
Baca juga: China Penjarakan Ilmuwan 'Pencipta' Bayi |
Para peneliti di Francis Crick Institute di London memperingatkan bahwa mengedit genetika embrio manusia dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Dengan menganalisis data dari eksperimen sebelumnya, mereka menemukan bahwa sekitar 16% memiliki mutasi tak disengaja yang tidak akan diketahui melalui tes standar.
Bisakah mereka diatasi dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi generasi mendatang? Tampaknya ini masalah untuk masa depan. Selama bertahun-tahun, keberadaan Lulu, Nana, dan Amy hanya dikonfirmasi selama percobaan ilmuwan. Mereka jadi bayi-bayi pertama di dunia yang mengalami rekayasa gen. Identitas mereka dan orang tuanya, tidak pernah diungkap ke publik.
Laporan terakhir soal Lulu, Nana dan Amy adalah sebuah publikasi artikel pada Desember 2021 di jurnal Nature Biotechnology berjudul The CRISPR Children yang ditulis Vivien Marx. Dia melaporkan bayi-bayi hasil rekayasa genetika ini terpantau sehat.
(rns/fay)