China membantah klaim bahwa roket yang akan menabrak Bulan pada 4 Maret mendatang adalah miliknya. Respons China ini memperpanjang misteri pemilik objek luar angkasa tersebut.
Roket ini menjadi perhatian sejak astronom dan space tracker Bill Gray pertama kali memprediksi roket itu akan menabrak Bulan setelah bertahun-tahun di luar angkasa. Awalnya Gray mengidentifikasi objek itu sebagai bagian dari roket Falcon 9 milik SpaceX yang membawa satelit milik NOAA ke luar angkasa pada 2015.
Setelah analisis lebih lanjut, Gray mengaku ia salah identifikasi dan ternyata roket itu merupakan bagian dari roket milik China yang meluncurkan misi Chang'e 5-T1 pada 2014. Klaim ini didukung oleh data dari Jet Propulsion Laboratory NASA dan tim dari University of Arizona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi Kementerian Luar Negeri China mengklaim bahwa roket yang membawa Chang'e 5-T1 langsung hancur setelah peluncuran.
"Menurut pengawasan China, upper stage roket yang terkait dengan misi Chang'e-5 memasuki atmosfer Bumi dan terbakar sepenuhnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, seperti dikutip dari Space, Rabu (23/2/2022).
China sendiri telah beberapa kali dikritik karena tidak mampu mengendalikan sampah antariksanya dengan aman. Kasus paling baru termasuk re-entry tidak terkontrol roket Long March 5B pada Mei 2021 yang untungnya tidak menyebabkan korban jiwa.
Wang menekankan bahwa China sudah memahami standar antariksa internasional terkait pembuangan sampah luar angkasa, yang bisa menyebabkan tabrakan di orbit atau menyebabkan kerusakan saat jatuh ke Bumi.
"Upaya kedirgantaraan China selalu sesuai dengan hukum internasional. Kami berkomitmen untuk sungguh-sungguh menjaga keberlanjutan jangka panjang kegiatan luar angkasa dan siap untuk melakukan pertukaran dan kerjasama ekstensif dengan semua pihak," kata Wang.
Menariknya, Wang mengatakan roket yang sudah terbakar di atmosfer adalah dari misi Chang'e-5. Padahal Gray dan astronom lainnya mengklaim roket itu dari misi Chang'e 5-T1, misi yang berbeda.
Chang'e 5-T1 merupakan misi pendahulu guna menguji coba teknologi untuk peluncuran misi Chang'e-5 pada tahun 2020. Misi Chang'e-5 diluncurkan untuk membawa pulang sampel bebatuan dari Bulan dan booster-nya memang terbakar di atmosfer, menurut data Gray.
Sedangkan booster dari Chang'e 5-T1, menurut hasil pengamatan 18th Space Control Squadron Space Force sudah terbakar di atmosfer pada Oktober 2015. Tapi menurut Gray data itu kurang akurat karena 18SPCS hanya memberikan satu update tentang arah lintasan roket setelah misi itu meluncur.
"Sepanjang tahun tersebut (2014), booster Chang'e-5T1 akan berada jauh di luar jangkauan radar. Jadi saya sangat ragu 18-SPCS benar-benar melacaknya," kata Gray.
(vmp/fyk)