Seram, Bumi di Ambang Kepunahan Massal
Hide Ads

Seram, Bumi di Ambang Kepunahan Massal

Virgina Maulita Putri - detikInet
Minggu, 12 Des 2021 21:15 WIB
Kenyan women of Somali origin wait with their containers for a water distribution from the government near Kuruti, in Garissa County, Kenya Wednesday, Oct. 27, 2021. As world leaders address a global climate summit in Britain, drought has descended yet again in northern Kenya, the latest in a series of climate shocks rippling through the Horn of Africa. (AP Photo/Brian Inganga)
Ilmuwan Peringatkan Bumi di Ambang Kepunahan Massal Foto: AP/Brian Inganga
Jakarta - Dunia saat ini sedang disibukkan dengan tanda-tanda perubahan iklim yang makin merajalela. Bahkan menurut seorang ilmuwan, Bumi saat ini sedang berada di ambang kepunahan massal selanjutnya.

Daniel Rothman, seorang profesor geofisika dari Massachusetts Institute of Technology, meyakini Bumi sedang merangkak perlahan menuju kepunahan massal. Ia mengatakan jumlah karbon yang dihasilkan manusia dan terbawa ke atmosfer akan memiliki dampak yang fatal.

"Setiap ada event besar di sejarah kehidupan, ada juga gangguan besar terhadap lingkungan. Hal ini cenderung terjadi bersama-sama," kata Rothman, seperti dikutip dari Futurism, Minggu (12/12/2021).

Rothman mengatakan penyebaran karbon dalam jumlah besar di laut dan atmosfer akan mengganggu siklus karbon. Ia mengatakan dalam empat dari lima kepunahan massal sebelumnya terjadi peningkatan perubahan siklus karbon.

Salah satu contoh kepunahan massal adalah peristiwa kepunahan Permian-Triassic yang terjadi 250 juta tahun yang lalu. Peristiwa ini dipicu oleh letusan gunung api yang terus berlangsung selama dua juta tahun dan mengeluarkan karbon dioksida ke atmosfer.

Diyakini sebagai kepunahan massal yang pernah terjadi, peristiwa ini menyebabkan peningkatan suhu dan tingkat keasaman di lautan, sehingga membuat 95% kehidupan laut dan 70% kehidupan darat punah.

Rothman mencontohkan, jika jumlah karbon di lautan terlalu banyak bisa menyebabkan air laut menjadi asam dan tidak bisa dihuni oleh makhluk hidup.

Dalam perhitungannya, Rothman mengatakan ambang batas untuk karbon di lautan sekitar 300 gigaton. Angka ini cukup mengkhawatirkan mengingat manusia diprediksi akan mengeluarkan 500 gigaton karbon ke lautan pada tahun 2100.

Untungnya ada sedikit harapan. Pemimpin dunia mulai menganggap perubahan iklim sebagai isu yang makin krusial.

Upaya global seperti konferensi lingkungan COP 26 yang baru saja digelar juga menjadi langkah yang tepat, meskipun implementasinya masih tanda tanya. Tapi masih ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh negara-negara untuk melawan ancaman besar seperti kepunahan massal.

"Saya ingin melihat lebih banyak lagi tapi orang-orang baik sedang mencoba melakukan yang terbaik," pungkas Rothman.


(vmp/vmp)