Indonesia berada di zona 'Ring of Fire', sebuah wilayah berjajar panjang di sekitar Samudra Pasifik. Daerah ini sering memicu gempa bumi dan aktivitas gunung berapi. Tetapi erupsi Gunung Semeru di pulau Jawa pada hari Sabtu berbeda.
Melansir CNN, hujan deras berhari-hari secara bertahap mengikis kubah lava Semeru. Gundukan lava mengeras yang bertindak seperti sumbat gunung berapi pun akhirnya sebagian runtuh.
'Longsor kubah' inilah yang diyakini para ahli vulkanologi Indonesia sebagai pemicu letusan, menurut Eko Budi Lelono dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan foto dan data, kita bisa membandingkan ukuran kubah sebelum dan sesudah erupsi 4 Desember. Kita bisa melihat massa besar volume kubah yang hilang setelah diguyur hujan lebat hari itu," katanya.
Kubah lava bisa menjadi tidak stabil dan runtuh karena beberapa alasan, hujan salah satunya. Peran hujan dalam kasus ini pada akhirnya menimbulkan pertanyaan: apakah itu berarti perubahan iklim dapat mengakibatkan lebih sering letusan sejenis?
Apalagi, para ilmuwan mengatakan letusan yang disebabkan oleh runtuhnya kubah lava cenderung lebih kuat dan lebih merusak daripada jenis lainnya.
Pemanasan global yang berkelanjutan diproyeksikan akan membawa peristiwa hujan yang lebih ekstrem ke banyak bagian dunia. Semakin banyak ilmuwan yang menanyakan hal itu sejak 2018, ketika gunung berapi Kīlauea di Hawaii meletus setelah berhari-hari diguyur hujan deras.
"Orang-orang telah memikirkan hubungan antara iklim dan pemicu letusan gunung berapi," ucap Heather Handley seorang ahli vulkanologi dari Monash University di Australia.
Handley menjelaskan bahwa ada beberapa cara peningkatan hujan dan pemanasan global secara lebih umum dapat berdampak pada letusan gunung berapi. Ia merujuk penelitian yang diterbitkan di Nature tentang letusan Kīlauea, yang menunjukkan bahwa hujan deras berhari-hari menyebabkan peningkatan air tanah yang meningkatkan tekanan bawah tanah. Hal itu menyebabkan batu retak dan tergelincir. Ketika itu terjadi, magma 'menemukan' jalan keluar ke permukaan bumi.
Kendati demikian, Handley menekankan ahli belum memiliki pemahaman yang sangat penuh tentang dampak perubahan iklim terhadap letusan gunung berapi. Karenanya, tentu dibutuhkan studi yang lebih dalam mengenai hal tersebut.
(ask/rns)