Korea, Jepang dan Australia Kecam Senjata Anti Satelit Rusia
Hide Ads

Korea, Jepang dan Australia Kecam Senjata Anti Satelit Rusia

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 22 Nov 2021 18:41 WIB
Ilustrasi Satelit, Satelit
Ilustrasi satelit. Foto: Photo by NASA on Unsplash
Jakarta -

Baru-baru ini, Rusia menguji coba menembakkan senjata anti satelit ke antariksa, menghancurkan satelit dan menimbulkan banyak serpihan yang dinilai berbahaya. Kecaman pun berdatangan, kini giliran dari Korea Selatan, Jepang dan Australia.

Senjata Rusia itu memang menyasar satelit lama milik Rusia sendiri, namun tetap saja muncul kecemasan. Apalagi kehancuran satelit tersebut berujung pada banyaknya serpihan di antariksa yang dikhawatirkan akan membahayakan satelit yang beroperasi.

"Kami cemas terhadap tes senjata anti satelit yang berlangsung pada 15 November dan khususnya pada banyaknya serpihan di antariksa sebagai hasilnya. Semua negara harus bertanggungjawab untuk memastikan penggunaan yang damai dan berkelanjutan di antariksa dan bekerja sama untuk kemajuan yang berkaitan dengan aturan internasional," sebut Kemenlu Korea Selatan yang dikutip detikINET dari Space News, Senin (22/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan Kemenlu Jepang menyebut tes senjata anti satelit itu sebagai tidak bertanggung jawab. "Pemerintah Jepang mengekspresikan kekhawatiran terhadap tes ini dan meminta Pemerintah Rusia tidak lagi menyelenggarakan uji coba semacam ini di masa depan," kata mereka.

Kemudian Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton, menyebut uji coba itu adalah aksi yang berbahaya yang menunjukkan bahwa ancaman terhadap sistem di antariksa adalah nyata dan juga serius.

ADVERTISEMENT

"Dunia semakin bergantung pada antariksa untuk keamanan, keselamatan publik, komunikasi dan perdagangan. Tes oleh Rusia ini dikombinasi dengan tes senjata lainnya yang dilakukan belakangan, membuat kejujuran Rusia dalam mempromosikan keamanan di antariksa dipertanyakan," cetusnya.

Sebelumnya, Amerika Serikat sudah bersuara keras, diikuti oleh Inggris sebagai sekutunya. Menurut Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, tindakan Rusia tersebut mengabaikan keamanan dan keselamatan di antariksa.

"Uji coba senjata anti satelit yang menghancurkan oleh Rusia ini menunjukkan mereka tidak menghormati keamanan, keselamatan dan keberlanjutan di luar angkasa," sebut Wallace

Halaman selanjutnya: Rusia membela diri >>>

Pihak Rusia kemudian angkat bicara dan mengakui uji coba itu, namun mereka membantah telah menimbulkan masalah di luar angkasa.

Pangkal permasalahan adalah kehancuran satelit oleh rudal Rusia berujung pada banyaknya serpihan di antariksa yang dikhawatirkan akan membahayakan satelit yang beroperasi pada saat ini maupun dalam jangka panjang. Bahkan uji coba ini memaksa para astronaut di International Space Station (ISS) berlindung di shelter.

Kementerian Pertahanan Rusia membenarkan bahwa mereka telah sukses melakukan uji coba senjata anti satelit itu, dengan menghancurkan pesawat antariksa Rusia Tselina-D yang berada di orbit Bumi sejak 1982 dan sudah tidak dipakai lagi.

Menhan Rusia, Sergei Shoigu, menyatakan sistem mereka secara akurat menembak satelit tersebut dan serpihan yang ditimbulkan diklaimnya sama sekali tidak berbahaya.

"Serpihan-serpihan yang terbentuk itu tidak menimbulkan bahaya apapun terhadap aktivitas di luar angkasa," demikian katanya.

Militer Rusia juga mengakui telah melangsungkan uji coba sesuai rencana untuk memperkuat kapabilitas pertahanannya, tapi membantah ada bahaya. Mereka menyatakan Amerika Serikat cuma mengada-ada dan tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Amerika Serikat tahu dengan pasti bahwa serpihan yang dihasilkan, dalam hal waktu dan parameter di orbit, tidak dan tidak akan menyebabkan ancaman pada stasiun di orbit, pesawat antariksa ataupun aktivitas di antariksa," sebut militer Rusia.