Pemerintah Amerika Serikat memberikan kontrak untuk membangun senjata laser kepada sebuah tim, termasuk Boeing di dalamnya, yang nantinya akan dipakai oleh Angkatan Darat AS.
Senjata yang dikembangkan ini menggunakan laser dengan tenaga 300 kilowatt, dan desain serta kemampuannya baru akan dipamerkan pada 2022 mendatang, demikian dikutip detikINET dari Engadget, Senin (1/11/2021).
Nama resmi kontraknya adalah Rapid Capabilities and Critical Technologies Office (RCCTO). Tujuan utama dari kontrak ini adalah untuk membuat sebuah demonstrasi dari desain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prototipe senjata itu diklaim bakal sangat mematikan, jauh lebih mematikan dibanding senjata apa pun yang ada saat ini. Setidaknya itulah yang diklaim oleh General Atomics Electromagnetic Systems (GA-EMS), salah satu perusahaan yang ikut dalam proyek ini.
"Teknologi ini merepresentasikan kemampuan yang jauh lebih tinggi baik untuk pertahanan udara dan misil, yang diperlukan untuk mendukung upaya modernisasi yang dilakukan oleh US Army," ujar juru bicaranya.
Meski baru akan didemonstrasikan pada 2022 mendatang, sistem senjata ini bakal menjadi peningkatan yang besar dari sistem laser yang sebelumnya pernah dipakai oleh militer AS.
Pada 2014, US Navy menggunakan sistem eksperimen bernama Laser Weapon System (LaWS) yang dipasang di USS Ponce. Sistem senjata laser itu bisa menembakkan laser berkekuatan 30 kilowatt saja.
Laser itu disebut tak cukup bertenaga, mungkin hanya bisa dipakai untuk menembak jatuh drone atau pesawat kecil lainnya. Sementara sistem laser baru yang bertenaga 300 kilowatt tersebut disebut bisa menembak misil, drone, atau bahkan helikopter dan pesawat lainnya.
Pemerintah AS mengumumkan senjata ini setelah persaingan pembangunan senjata secara global meningkat, yaitu setelah China mengklaim sukses menguji misil hipersonik.
(asj/fay)